DARI belahan dunia lain, kita banyak mengenal tokoh tokoh terkenal, tapi tidak pernah jumawa ketika berada di puncak. Hidupnya tetap dihikmatkan kepada negara tanpa meminta fasilitas yang super VIV. Apalagi mencoba-coba menggolkan keluarga untuk menduduki jabatan publik tertentu.
BACA JUGA: #RAMADHAN10 : Hilirisasi Amal
Dia salah satunya adalah Presiden Uruguay, Jose Mujica. Meski menjabat sebagai Presiden, dia menolak tidur di Istana. Malah setiap hari berulang dari rumahnya yang sangat sederhana. Menjabat Presiden sejak tahun 2010-2015, Jose Mujica mendapat gelar sebagai presiden termiskin se Jagad. Ini gara-gara 90 persen dari seluruh gajinya disumbangkan untuk orang miskin di negaranya.
BACA JUGA: #Ramadhan6(Enam) : Hidup Bersahaja
Lain lagi dengan Presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela, meski sudah jadi presiden tidak dendam dengan lawan politiknya. Bahkan dengan sipir penjara yang pernah memukul dan mengencinginya sekalipun, dirinya tidak dendam. Setelah 27 tahun jadi tahanan politik, dan terpilih sebagai presiden Afrika Selatan, dia berkata kepada sipir penjara itu :
BACA JUGA: #RAMADAN5 (Lima): Merajut Integritas
“Hal pertama yang ingin kulakukan ketika menjadi presiden adalah memaafkanmu,” ucapnya kepada Sipir penjara tersebut.
Jabatan pemimpin tidak membuat mereka jumawa tapi tetap sederhana dan memaafkan orang yang pernah menyakiti mereka. Jabatan bagi mereka adalah amanah yang perlu dijunjung tinggi. Bukan menjadi pemimpin yang mentang-mentang. Mentang-mentang memegang jabatan mentereng, lalu apapun keinginan harus terpenuhi, meski melanggar konstitusi.
BACA JUGA: #Ramadhan 4 (Empat) : Membumikan Keadilan
Nabi SAW juga mencontohkan perihal ini. Saat pertempuran Fathu Makkah Rasulullah memaafkan suku Quraisy yang melanggar Perjanjian Hudaibiyah. Sebelum sampai di Mekah, para kerabat menyatakan tobat, termasuk Abbas (paman Nabi) dan keluarganya. Nabi menerima pertobatan mereka. Bersamaan dengan itu, Rasulullah membaca firman Allah: “Sesungguhnya kami memberikan kepadamu kemenangan yang nyata” (QS. Al Fath: 1).
BACA JUGA: #RAMADHAN 2 : Tak Terkecoh Dunia
Itulah akhlak yang diajarkan Nabi Muhammad: rendah hati. Sifat jumawa mesti ditanggalkan, pihak yang kalah harus dihormati. Akhlak adalah inti dari Islam. Dijelaskan oleh Nabi dalam satu riwayat Hadis Sahih (HR. Bukhari): “Sesungguhya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Innama bu’itstu liutammima makarimal akhlaq."
BACA JUGA: #RAMADHAN 3 (TIGA) : Hamba Spritual
Puasa mengajarkan kita menjadi pribadi yang berakhlak serta melupakan jumawa. Saat lapar dan dahaga, kita merasa sebagai makhluk yang lemah. Tapi saat berbuka, jangan jumawa lalu mengkonsumsi makanan sebanyak-banyaknya hingga muntah. “Hidup yang berlebih lebihan kawannya Setan,” Demikian titah Nabi SAW.
(Penulis adalah Koordinator Laskar Santri Nusantara Provinsi Jambi)