Gus Dur

Kenang Gusdur, Alisa Wahid : Tak Silau Kekuasaan dan Tidak Mau Mewariskan Jabatan ke Anak Cucu

YOGYAKARTA, bungopos.com - Direktur Jaringan Gusdurian Alissa Wahid memberikan tausiyah pada peringatan Haul Ke-15 Gus Dur  di Laboratorium Agama UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Jumat (15/11/2024).

Peringatan Haul Gus Dur ini menjadi agenda penting setiap tahun untuk mengenang dan mengkaji ulang sejarah perjuangan Gus Dur dari para sahabat dan keluarga Gus Dur. Pada kesempatan itu, Alissa kembali menceritakan perjuangan heroik Gus Dur semasa hidupnya dalam memperjuangkan kesetaraan dan keadilan bagi mereka yang mengalami penindasan.

Alissa mengatakan, Gus Dur adalah tokoh yang paling berbela rasa, yang mengembalikan jati diri nama Papua sehingga bagi masyarakat Papua Gus Dur adalah leluhur. “Masyarakat Papua menjadi saksi bagaimana Gus Dur melihat semua manusia bisa berbeda tetapi tetap setara. Kita dengan saudara kita di Papua, berbeda warna kulit, latar belakang, agama, dan berbeda keadaan tapi kita setara, sama-sama warga Indonesia dan sama-sama manusia.

Merekalah yang menjadi saksi bahwa beda dan setara itu adalah sebuah prinsip luhur,” jelas Alissa. Selama 15 tahun merawat perjuangan Gus Dur ini, Alissa semakin sadar bahwa menjaga prinsip dan nilai luhur itu bukanlah hal mudah. Sebab semua itu membutuhkan jiwa yang ikhlas untuk bisa menegakkan nilai kesetaraan dan pembebasan dari setiap penindasan.

“Gus Dur membuktikannya dengan mendampingi kelompok masyarakat dan mendampingi mereka yang terpinggirkan dan terlemahkan seperti mereka masyarakat Papua.

Dibutuhkan hati yang tulus dan terbuka untuk mau bersaudara dengan semua manusia. Apa pun latar belakangnya tanpa takut kalah, tanpa takut kehilangan kekuasaan tanpa perlu mengotak-atik konstitusi. Gus Dur sudah membuktikannya dengan berdiri bersama kelompok minoritas agama dengan suka dan duka, bukan hanya pada saat dibutuhkan dukungannya,” tutur Alissa.

Alissa menyebut, Gus Dur telah membuktikan tidak ada jabatan yang diperjuangkan mati-matian demi untuk kepentingan pribadi ataupun keluarga. “Tidak silau oleh gelimang harta, silaunya panggung pemujaan, apalagi silau pada kekuasaan. Gus Dur membuktikan dengan meninggalkan puncak kekuasaan politik, tidak mewariskan jabatan pada keluarga, tetap sederhana sampai akhir hayatnya. Beliau sampaikan ke saya tidak ada satu jabatan pun yang layak dipertahankan dengan pertumpahan darah rakyat,” kata Alissa. Alissa pun menceritakan kearifan seorang Gus Dur ketika menjadi presiden yang memahami keselamatan umatnya dibanding dirinya. (***)

Editor: arya abisatya
Sumber: NU Online