YOGYAKARTA, bungopos.com - Bagi Rocky Gerung, Pancasila adalah kompilasi dari pemikiran dunia. Semua pikiran dunia ada di situ, jadi republic of ideas, menuntun ilmu teknis di bawahnya.
“Pancasila mampu diucapkan secara teoritis dengan pemikiran yang logis,” katanya saat berbicara di Kongres Pancasila yang dilaksanakan di di Balai Senat, Gedung Pusat Universitas Gadjah Mada.
Pancasila di era Soekarno, kata Rocky, adalah sebuah konsep pedagogi. Lalu di era Soeharto, pancasila dijadikan persyaratan untuk menapis lawan politik. “Padahal Pancasila itu untuk menghasilkan percakapan bukan didoktrinkan,” imbuhnya.
Selanjutnya, di era reformasi, banyak orang mencoba memberi “isi baru” pada Pancasila karena adanya persoalan kesetaraan gender, lingkungan dan kebencanaan. Akan tetapi mengalami reifikasi, karena ia tidak mampu didiskusikan lebih jauh. Namun belakangan ini, Pancasila sudah mulai dijadikan rujukan moral dan kebutuhan untuk mengevaluasi etika politik.
“Yang kita ucapkan sekarang ini untuk mengevaluasi etika politik. Kemungkinan UGM masih akan lebih jauh menginterupsi kekuasaan hari ini, mengganggu stabilitas berpikir para politisi, selama ini tidak ada politisi diasuh oleh pikiran. Saya kira, relevan bahwa politik itu harus kembali ke kampus. Kita pastikan jadi ide praktis dan penuntun praktis,” pungkasnya. (***)