Oleh : Navarin Karim
Prediksi salah satu pengamat politik Jambi Al Haris dan Abdullah Sani akan melawan kotak kosong pada Pilkada yang akan digelar pada bulan November 2024, tidak terbukti. Man proposes, god disposes. Adagium barat yang sangat populer. Prediksi tersebut benar dengan asumsi tidak ada keputusan Mahkamah Konstitusi (MK).
Akibat keputusan MK ini menjadi berkah karena keputusan tersebut berkaitan dengan dukungan balon kepala Daerah boleh berasal dari Partai non kursi di legislatif. Walau sempat heboh legeslatif akan merevisi putusan MK, dan berkat gelombang rakyat sehingga rencana revisi tidak jadi dengan diplomasi Legislator bahwa ketika rapat tidak memenuhi quorum. Seandainya revisi jadi dilakukan legislatif, maka Romi Hariyanto hanya mengandalkan dukungan Partai Nasdem yang hanyamemiliki 5 kursi, jelas tidak bisa ikut pilkada. Apalagi last minute jelang pendaftaran KPU, rencana Romi Hariyanto akan berpasangan dengan kader Golkar, berantakan gara-gara Saniatul Lativa tidak mendapat restu dari DPD Golkar Jambi. Ubah strategi cepat yang dilakukan Romi Hariyanto dapat menggandeng Dr, Sudirman, S.H., M.H mantan Pangdam Sriwijaya. Mereka mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) dengan mendapat dukungan Partai Nasdem dan tiga partai non kursi di parlemen yaitu Partai Solidaritas Indonesia, Partai Gelora Rakyat Indonesia (Gelora) serta Partai Kebangkitan Nusantara (PKN). Hebatnya ketika mendaftar ke KPU dengan arakan reog ponorogo dan ia menggunakan rompi Partai Amanah Nasional (PAN), walaupun saat ini ia bukan lagi kader PAN. Kejadian hampir sama dengan kejadian ketika ia mencalonkan sebagai bupati Tanjab melalui jalur independent, ia bukan lagi kader PAN, tapi ia menang disebabkan pengaruh kader-kader PAN. Ambigu dan Anomali bukan! Ketika Romi – Sudirman mendaftar ke KPU, pengantarnya lebih banyak ketimbang Al-Haris – Sani. Ngeri! (sitir istilah ucok Baba). Boleh dikatakan sebagai signal jangan dianggap enteng/remeh walau tidak mendapat dukungan koalisi gemuk seperti Al Haris – Sani. Selain mendapat dukungan partai Nasdem dan tiga partai non kursi di
Parlemen, secara pribadi dapat dukungan dari Tantowi Jauhari ketua DPRD Sarolangun dan bupati Bungo (Mashuri).
Rekomendasi.
Walau kedua kandidat masing-masing mempunyai kelemahan, bukan berarti harus apatis sebagai golput. Pilihlah kandidat yang lebih baik, tidak ada yang terbaik. Untuk itu lihat programnya ke depan. Apa yang dibutuhkan Jambi lima tahun ke depan, sebagai wujud empathy kandidat terhadap Jambi. Bukankah empathy merupakan kekuatan pimpinan yang ditempatkan pada urutan petama dari 10 kekuatan pimpinan. Setelah menilai apa yang dibutuhkan Jambi, evaluasi sumber pembiayaan program yang berintegritas. Jangan terjebak pada aksesoris keindahan program. Jangan pula terperangkap dengan diplomasi akan melakukan pendekatan ke pusat untuk minta dukungan. Ini yang namanya “gambling” dalam permainan dadu. Harus diingat sekarang era otonomi daerah yaitu membangun dengan kekuatan sendiri (otonomous energies). Jadi buatlah program-program peningkatan kesejahteraan rakyat, peningkatan pelayanan publik dan daya saing daerah yang berkualitas yang bisa meningkatkan sumber pembiayaan pembangunan Jambi. Apalagi defisit anggaran sudah pula menghantui provinsi Jambi. Semoga provinsi Jambi menjadi lebih baik dimasa yang akan datang. Aamin YRA.