Sarang burung manyar diharapkan menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan di kawasan obyek wisata kreatif di Lubuk Penyengat.
Tak elok rasanya jika kita berkunjung ke Kota Jambi tapi tidak menyambangi kawasan cagar budaya Candi Muarojambi. Setelah empat bulan ditutup akibat pandemi Coronavirus disease 2019 (Covid-19), akhirnya pada 18 Juli 2020 kawasan wisata budaya itu dibuka kembali untuk pelancong.
Pembukaan kembali kawasan cagar budaya candi Muarojambi ini berdasarkan surat keputusan Bupati Muarojambi, selaku ketua Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Muarojambi. Pembukaan destinasi wisata unggulan di Jambi ini berdasarkan hasil survei dan verifikasi tim gugus tugas.
Pengelola Candi Muarojambi telah menerapkan protokol kesehatan ketat, di antaranya, menyediakan sarana cuci tangan di beberapa titik sekitar area candi dan membuat tanda jaga jarak (physical distancing) untuk pengunjung. Tak lupa pengelola juga membuat imbauan untuk selalu menggunakan masker bagi para pengunjung sebagai bagian protokol kesehatan di tengah masih berlangsungnya wabah pandemi.
Pengelola kawasan Candi Buddha Muarojambi yang diperkirakan dibangun oleh Kerajaan Sriwijaya pada abad 7--12 Masehi mengacu pada aturan protokol kesehatan Pemerintah Kabupaten Muarojambi maupun Surat Keputusan Bersama (SKB) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Wabah Corona memang membuat sejumlah lokasi wisata ditutup untuk memutus mata rantai penularan. Dampaknya jumlah pengunjung merosot. Sebelum pandemi Covid-19, kunjungan wisatawan ke Jambi pada Januari--Maret 2020 mencapai 669 orang, jauh menurun dari sekira 1.900 orang pada periode yang sama tahun lalu.
Selain kawasan Candi Muarojambi, ada sejumlah tempat wisata favorit lainnya di Jambi, antara lain, Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Museum Siginjai, Museum Perjuangan, Museum Gentala, Taman Budaya, dan pendakian Gunung Kerinci.
Bupati Muarojambi Masnah menyebutkan, pembukaan obyek wisata Candi Muarojambi ini menjadi salah satu gambaran bahwa produktivitas tetap berjalan di tengah pandemi Covid-19 dengan mematuhi protokol kesehatan.
Selain Candi Muarojambi, ada juga tempat wisata lainnya, yakni Jambi Paradise dan Citra Raya City serta Danau Tangkas yang juga mulai beroperasi sejak Juli lalu. Adapun masyarakat setempat tetap berkreasi agar bisa memikat wisatawan berkunjung, sejak pemerintah menerapkan adaptasi kebiasaan baru. Seperti yang dilakukan komunitas penggerak wisata di Lubuk Penyengat. Puluhan sarang burung manyar ukuran raksasa sengaja dipajang di kawasan Lubuk Penyengat di Desa Baru, Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi.
"Ya ini sarang burung, kita lihat dari semangat burung manyar membangun sarang, dan kita membangun semangat. Tak ada rotan akar pun jadi," ujar Ahmad Misran, salah seorang penggerak wisata di Lubuk Penyengat, Sabtu (22/8/2020).
Sarang burung manyar diharapkan bakal menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan di kawasan obyek wisata kreatif di Lubuk Penyengat. Burung manyar (Ploceus manyar) merupakan hewan yang banyak ditemui di Jambi. Kawanan burung ini senang tinggal di hutan, rawa, dan padang rumput.
Jenis burung manyar yang terkenal di Indonesia adalah manyar tempur, manyar jambul, dan manyar emas. Paruh manyar berwarna cokelat hingga kehitaman.
Burung manyar suka hidup berkelompok. Satu kelompok terdiri dari 300 pasang burung. Spesies ini punya kebiasaan unik. Kawanan burung-burung itu saling membantu saat mereka membuat sarang yang dikumpulkan dari rumput-rumput di sekitar tempat tinggal mereka. Sarang manyar ini beratnya bisa mencapai 1 ton. Sarang-sarang inilah yang dipajang di Lubuk Penyengat.
Misran menyebutkan, komunitas penggerak wisata terus menjaga semangat kendati kunjungan wisata sempat lumpuh karena penutupan Candi Muarojambi selama terjadi pandemi Covid-19, yang berimbas kepada aktivitas wisata di sana yang juga terhenti.
Di samping itu, mereka juga memadukan lokasi wisata tematik itu dengan jajanan kuliner khas daerah itu. Pojok diskusi di alam terbuka juga disiapkan di kawasan tersebut.
Komunitas itu juga memproduksi cenderamata bagi para pengunjung yang dibuat oleh para pemuda setempat seperti miniatur Candi Muarojambi, rumah tradisional Jambi, lumbung padi, gelang bebalik sumpah, serta beberapa cenderamata lainnya.
"Kita sinergikan semua potensi yang kita miliki di sini, termasuk tradisi dan makanan khas di kampung ini," kata Ahmad Misran.
Kawasan Lubuk Penyengat berjarak sekitar 12 kilometer dari Kota Jambi yang bisa ditempuh dengan 20 menit perjalanan. Sebelum memasuki kawasan Candi Muarojambi, pengunjung akan mendapati penunjuk arah ke sebelah kiri untuk menuju kawasan Lubuk Penyengat.
Penasaran ingin menikmati wisata budaya di Jambi? Siapkan waktu luang dan catat di dalam agenda liburan akhir tahun Anda. Jangan lupa dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. (***)