Mohd Haramen

#RAMADAN21: Pahitnya Kebodohan

Oleh : Mohd Haramen, SE, ME.Sy

ILMU pengetahuan ternyata telah mengubah peradaban manusia. Mulai dari bidang kesehatan, ekonomi hingga bidang teknologi informasi. Dulu rapat berlainan tempat sangat sulit untuk digelar. Kini bisa rapat dari manapun dan dimanapun. Tempat tak lagi jadi persoalan. Dunia sudah demikian sempit, batasan ruang gerak dan waktu sudah semakin tipis.

BACA JUGA: #RAMADAN 1 (SATU) : Mengendalikan Syahwat Keserakahan

Dulu untuk mendapatkan layanan jasa maupun barang tertentu harus mendatangi produsen. Kini tidak perlu lagi menghabiskan waktu datang ke mal, pasar maupun lokasi penawaran barang dan jasa lainnya. Semua sudah ada dalam gengaman android. Cukup pesan dari rumah, semua yang dibutuhkan bisa dengan mudah diperoleh. Perubahan teknologi paling muktahir dibidang ekonomi, yakni pelayanan uang virtual. Bisa bayar dan transfer dimanapun tidak perlu lagi menggunakan uang kartal. Tidak perlu lagi menebalkan dompet dengan segepok uang, tapi cukup menyimpannya dalam aplikasi keuangan. Dunia memang sudah demikian mudah dan menarik.

BACA JUGA: #RAMADHAN 2 : Tak Terkecoh Dunia

Bidang kesehatan juga demikian maju. Berbagai layanan bidang kesehatan mudah didapat. Fasilitas rumah sakit demikian mentereng. Bukan hanya gedungnya, tapi juga SDM yang tersedia disana. Bahkan ada adigium yang  menyatakan “Hari ini yang tidak bisa diobati dengan ilmu kesehatan hanya penyakit hati, selain itu selalu ditemukan solusi obatnya,”. Sudah demikian maju dan kerennya peradaban manusia. Tapi apakah penguasa ilmu pengetahuan hari ini semuanya adalah muslim ? Itulah menjadi PR kita bersama.

BACA JUGA: #RAMADHAN 3 (TIGA) : Hamba Spritual

Pada momen Nuzulul Qur'an (turunnya Al-Qur'an)  lalu, kita selalu diingatkan dengan kata-kata “Iqra'. “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu,”.  Itulah sebait firman yang telah diturunkan kepada Rasulullah SAW beberapa abad yang lalu guna memotivasi ummatnya untuk mengikis kebodohan. Ini menjadi pandu muslim untuk menguasai ilmu pengetahuan. Sayangnya fenomena hari ini, penguasa ilmu pengetahuan belum berpindah ke tangan muslim. Meski pada abad pertengahan, ilmuan muslim menjadi pendobrak dan penemu ilmu pengetahuan. Ada nama Ibnu Sina, Ibnu Arabi, Ibnu Rusy, Al Farabi, Al Jabbar, Ibnu Batutah dan lain-lain. Peninggalan ilmuan yang begitu menginspirasi itu ternyata lebih memotivasi orang lain dibandingkan muslim. Buktinya, juara-juara olimpiade sedikit sekali yang diwarnai oleh muslim. Padahal,  pengetahuan yang memimpin peradaban.

BACA JUGA: #Ramadhan 4 (Empat) : Membumikan Keadilan

Rasulullah bersabda: "Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim" (HR. Ibnu Majah). Allah juga memberi bonus orang berilmu dengan surga. HR. Muslim menukilkan: "Barang siapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka akan Allah memudahkan jalannya menuju surga.” Ilmu pengetahuan menyalakan kehidupan dan menyelamatkan hari kebangkitan. Imam Syafi’i pun berpesan “Bila kau tak mau merasakan lelahnya belajar, maka kau akan menanggung pahitnya kebodohan,”

 

(Penulis adalah Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Batanghari)

Penulis: Mohd Haramen
Editor: Arya Abisatya