ACEH, bungopos.com - Dosen Antropologi STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh, Tgk Muhajir Al-Fairus menjelaskan, kehadiran Rohingya pada awalnya dimaknai sebagai soal kemanusiaan oleh masyarakat Aceh.
Masyarakat Aceh menunjukkan identitas ke-Aceh-an pada Rohingya.
Aceh merupakan masyarakat yang cukup menghormati tamu. Apalagi, dalam kasus Rohingya ada rasa kesamaan keyakinan.
Waktu itu, terang dia, masyarakat Aceh bersimpati membela kehadiran pengungsi Rohingya. Apalagi dengan isu penindasan terhadap Rohingya dari negara asal mereka.
Menurut Tgk Muhajir, sisi kemanusiaan masyarakat Aceh membuncah kuat kala itu.
Namun, menurut Tgk Muhajir, pesan kebudayaan, agama, dan ke-Aceh-an orang Aceh tidak boleh luntur hanya karena ada beberapa orang Rohingya di penampungan yang kerap membawa masalah.
"Masyarakat Aceh sebagai masyarakat yang cukup menghormati tamu, identitas ke-Aceh-an tentu tak boleh luntur dalam memperlakukan masyarakat Rohingya yang terdampar ke Aceh," ulasnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan, arus kedatangan pengungsi Rohingya bisa dilihat sebagai problem nasional dan global, baik dari sisi kemanusiaan maupun politik internasional.
"Dalam konteks kemanusiaan, kondisi yang dihadapi Rohingya yang mendorong mereka pindah dari negara asalnya harus dipahami sebagai ekses dari dinamika politik di Myanmar," ungkap Tgk Muhajir.
Antropolog lulusan UGM itu menyebut, kehadiran Rohingnya ke Aceh saban waktu disebabkan karena jalur maritim Aceh yang terhubung ke lautan Andaman. Kondisi ini memungkinkan perahu yang ditumpangi ratusan pengungsi Rohingya kerap terdampar ke Aceh. (***)