www.bungpos.com - Suku Kalang memang tidak seterkenal suku besar lainnya. Yang pasti Suku Kalang atau Wong Kalang adalah salah satu sub suku di masyarakat Jawa.
Suku ini pada era kerajaan-kerajaan Nusantara, sempat dikucilkan, karena satu dan lain hal. Pengucilan tersebut yang mengawali sebutan "kalang".
Kata "kalang" berasal dari bahasa Jawa yang artinya "batas". Lingkup sosial orang-orang ini sengaja dibatasi (atau dikalang) oleh otoritas atau masyarakat mayoritas waktu itu.
Orang Kalang sengaja diasingkan dalam kehidupan masyarakat luas, karena dulu ada anggapan bahwa mereka liar dan berbahaya.
Tentu kondisi tersebut jauh berbeda dengan sekarang. Kini tidak ada batas dan beda Suku kalang dengan suku lainnya.Kelompok suku ini juga sudah diterima baik di Indonesia. Begitu pula mereka, juga sudah dapat menerima orang-orang yang berasal dari luar sukunya.
Keturunan Orang Kalang banyak tersebar di Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta seperti di Cilacap, Adipala, Gombong, Ambal, Petanahan, Kebumen, dan Bagelen.
Selain itu, karena sudah berakulturasi dan beradaptasi dengan baik, nyaris tidak ada perbedaan antara orang Kalang dan bukan Kalang.
Umumnya, kehidupan mereka teratur dan makmur. Kini, banyak keturunannya yang sukses menjadi wirausahawan.Pada era Majapahit, warga Suku Kalang ditugaskan menjaga hutan dari serangan musuh.
Tugas ini diberikan karena orang kalang dianggap sakti mandraguna.
Mereka biasa dipekerjakan untuk membuat candi hingga berbagai macam benda dari kayu.Selain itu Wong Kalang juga menjadi tentara yang membela Majapahit dalam perang melawan Suku Dayak yang juga dikenal sakti.
Konon dalam peperangan ini tentara Kalang membawa kemenangan besar bagi Majapahit. Warga Suku Kalang konon memiliki kesaktian lebih yang mengarah pada hal-hal berbau mistis.
Mereka diyakini dapat memindahkan batu besar secara gaib dan tetap diam saat bekerja alias tidak bersuara atau membisu.
Dalam peperangan klenik itu, Suku Kalang mendapat kemenangan dalam menghadapi Suku Dayak yang dikenal sakti.
Kemenangan itu membuat tentara Suku Kalang sempat diangkat menjadi perwira Majapahit. Akan tetapi perilaku mereka yang cenderung liar dan aneh (tidak seperti manusia Jawa pada umumnya) membuat jabatan itu dicopot.
Kelas sosial mereka berada di bawah selayaknya kaum sudra yang mengerjakan berbagai pekerjaan kasar. Akan tetapi, setelah kerajaan Hindu-Budha di Indonesia runtuh, warga Suku Kalang mulai hidup berbaur dengan masyarakat umum.
Sayangnya sejak saat itu mereka malah menderita karena selalu menjadi sasaran perampokan. Sebab, orang-orang dari Suku Kalang dikenal ulet dalam bekerja, sehingga cukup berada dalam hal finansial.
Seiring berjalannya waktu, kehidupan keturunan Wong Kalang Berubah. Kini mereka hidup berbaur dengan masyarakat Jawa.
Ada mitos yang menyebutkan, pertama dikemukakan oleh Mitsuo Nakamura pada 1983. Antropolog Jepang itu mengatakan bahwa orang-orang Kalang dulunya adalah tawanan yang ditangkap oleh Sultan Agung dari ekspedisinya di Bali pada awal abad 17.
Mereka dipercaya merupakan keturunan dari kera dan seorang putri, sehingga memiliki ekor pendek serupa kera.Juga ada mitos lain, Suku Kalang juga dianggap keturunan anjing.
Orang Jawa memiliki anggapan yang berbau takhayul bahwa Wong Kalang merupakan anak hasil perkawinan antara seorang perempuan dengan seekor anjing.Anggapan itu sebenarnya juga bukan terbentuk dengan sendirinya.
BACA JUGA: Suku Ini Izinkan Perempuan Bersuami Diculik Laki-laki Lain, dengan Syarat..
Dalam Gegumbregan Gegalungan, upacara yang sekarang sudah jarang dilakukan oleh masyarakat Kalang, terlihat sekali ekspresi dan simbolisasi gerakan yang meniru perilaku anjing.
Antara lain, partisipan upacara merangkak seperti anjing. Hal ini dilakukan agar apa yang diinginkan dapat dikabulkan oleh leluhurnya. Anjing dalam sistem upacara Galungan tersebut dapat juga dimanifestasikan dalam wujud patung kecil yang diletakkan di depan orang yang merangkak tadi.(***)
Sumber: Radar Muko Muko