Bungopos.com - Di sebuah ruang redaksi yang hangat dengan deru mesin ketik modern dan dering telepon yang tak pernah henti, kabar gembira datang menghampiri. Biro Pers Sekretariat Presiden akhirnya mengembalikan kartu identitas liputan Istana milik jurnalis Diana Valencia. Sebuah keputusan yang sederhana di permukaan, namun begitu berarti bagi dunia kewartawanan.
Langkah itu segera mendapat sambutan hangat dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat. Dengan nada penuh apresiasi, PWI menilai pengembalian kartu liputan tersebut sebagai bentuk penghormatan terhadap kerja-kerja jurnalistik yang bebas, terbuka, dan bertanggung jawab. “Ini bukan sekadar soal kartu, tetapi soal kepercayaan dan ruang gerak seorang jurnalis dalam menjalankan tugasnya,” ujar seorang pengurus PWI dengan nada lega.
Bagi Diana Valencia sendiri, kartu itu bukan hanya selembar identitas. Ia adalah pintu masuk untuk menyampaikan cerita-cerita dari jantung republik—dari ruang tempat Presiden berdialog dengan rakyatnya, hingga sudut-sudut Istana yang menjadi saksi sejarah bangsa. Kehilangan kartu liputan sempat menjadi ganjalan dalam langkahnya, tetapi kini, kembalinya kartu tersebut bagai angin segar yang menguatkan semangatnya untuk kembali menulis dari garis depan.
PWI menekankan bahwa jurnalis adalah mata dan telinga publik. Keterbukaan akses di Istana, menurut organisasi wartawan tertua di Indonesia itu, merupakan wujud nyata komitmen pemerintah terhadap kebebasan pers. “Kebebasan pers bukan hanya jargon, melainkan praktik nyata. Dan langkah Biro Pers Setpres ini patut diapresiasi,” demikian pernyataan yang ditegaskan PWI. (***)