JAKARTA, bungopos.com - Dalam sejarahnya, ada beberapa tokoh tasawuf dan tarekat yang memainkan peran penting dalam mengembangkan tradisi tasawuf di berbagai belahan dunia Islam.
Mereka dikenal sebagai pendiri atau pengembang tarekat yang punya pengaruh besar dalam sejarah spiritual Islam. Berikut biografi singkat para tokoh tasawuf dan tarekat yang terus mewarnai perjalanan spiritual umat Islam di berbagai belahan dunia :
1. Imam Al-Ghazali (450-505 H/1058-1111 M)
Nama lengkap beliau adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Al-Thusi Al-Ghazali. Beliau sering dijuluki sebagai ‘hujjatul Islam’ atau ‘zainuddin’, karena keluasan ilmu beliau di bidang keagamaan. (Syamsuddin Adz-Dzahabi, Siyar A’lam an-Nubala’, Jilid 19, Cetakan III, [Muassasah ar-Risalah, 1985], hal. 322)Dalam karyanya yang terkenal, Ihya' Ulum al-Din, beliau menyusun berbagai metode praktis untuk meningkatkan spiritualitas dan moralitas dalam kehidupan sehari-hari, dan di dalam kitab tersebut, beliau memadukan antara teologi, fiqih, dan tasawuf.
2. Abu Hasan Asy-Syadzili (593-656 H/1197-1258 M)
Nama lengkapnya adalah ‘Ali bin Abdallah bin ‘Abdal Jabbar Abu Hasan Asy-Syadzili. Lahir di Ghumara, dekat Ceuta saat ini, di utara Maroko, tahun 593 H/1197 M, wafat tahun 656 H/1258 M. Di antara guru rohaninya adalah ulama besar di zamannya bernama ‘Abdus Salam ibn Masyisy (w. 628 H/1228 M) yang juga dikenal sebagai Quthab dari Quthub para wali, seperti halnya Syekh ‘Abdul Qadir al-Jilani.
Syekh Abul Hasan As-Syadzili merupakan pendiri Tarekat Syadziliyah yang berpendapat moderat dalam masalah syariat dan tasawuf. Beliau berpendirian bahwa ilmu agama sangat penting, dan perlu dimiliki untuk menjaga diri dari kesesatan dan membantu mendekatkan diri kepada Tuhan. (Yuslia Styawati, Mengenal Tarekat di Dunia Islam..., hal. 63-86]
3. Syekh Abdul Qadir al-Jilani (470-561 H/1077-1166 M)
Nama lengkap beliau adalah Abdul Qadir bin Abi Shalih al-Jailani. Lahir di Gilan, Persia (Iran) pada tahun 470 H/1077 M dan wafat tahun 561 H/1166 M di Baghdad. Beliau belajar dari berbagai ulama di Baghdad. Ulama sufi terkemuka ini mendirikan Tarekat Qadiriyah yang ajaran intinya menitikberatkan pada mencapai kesucian hati melalui ibadah dan pengabdian penuh kepada Allah, serta menjauhi dunia yang bersifat material. (***)