IDE SOEKARNO : Masjid Istiqlal di Jakarta

Penuh Sejarah, Ini Tiga Ide Bung Karno pada Karya Arsitektur Bangunan Bersejarah Indonesia

Selama ini mungkin Sobat Parekraf hanya mengenal Ir. Soekarno atau Bung Karno sebagai Presiden pertama di Indonesia. Padahal, selain memiliki peran penting dalam kemerdekaan Indonesia, Bung Karno juga dikenal sebagai arsitek atau perancang bangunan andal. Hal ini dibuktikan dari banyaknya bangunan bersejarah yang lahir berkat inisiasi Bung Karno. 

Sebelum memulai karier sebagai arsitek, Bung Karno merupakan insinyur muda lulusan Technische Hogeschool, atau saat ini dikenal sebagai Institut Teknologi Bandung (ITB). Setelah lulus, Bung Karno bersama temannya mendirikan biro arsitek. Selama menjadi arsitek, Bung Karno telah membangun banyak bangunan di Kota Bandung, Jawa Barat.

Beberapa di antaranya: deretan rumah tinggal di Jalan Kasim nomor 6, 8, dan 10, rumah tinggal di Jalan Kaca-kaca Wetan nomor 8, rumah di Jalan Dewi Sartika nomor 107, rumah di Jalan Pungkur (sekarang dikenal dengan Jalan A. Muis) nomor 196, rumah di Jalan Palasari nomor 5, rumah di Jalan pasir Koja nomor 25, rumah tinggal di Jalan Gatot Subroto nomor 17, masjid di dekat viaduk, serta sepasang bangunan di Jalan Gatot Subroto nomor 54 dan 56.

Selain bangunan rumah tinggal, Bung Karno juga menjadi inisiator dan berkontribusi dalam pembangunan berbagai bangunan bersejarah di Indonesia. Bahkan, beberapa bangunan bersejarah yang diinisiasi oleh Bung Karno masih berdiri kokoh dan terawat dengan baik hingga saat ini.

Lantas, apa saja bangunan bersejarah yang lahir berkat ide-ide kreatif dari Bung Karno?

Masjid Istiqlal

Nama Masjid Istiqlal sudah sangat populer sebagai salah satu destinasi wisata religi umat muslim. Sayangnya, hanya sebagian orang yang mengetahui jika Presiden Ir. Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta memiliki andil besar dalam keberadaan Masjid Istiqlal yang berlokasi di Jakarta Pusat, yang dieksekusi dengan baik oleh arsitek kebanggaan Indonesia, Friedrich Silaban.

Daya tarik Masjid Istiqlal tidak hanya desainnya yang megah saja. Tapi, juga bahan pembuatannya yang sepenuhnya menggunakan besi stainless. Alasannya agar bangunan Masjid Istiqlal tetap kokoh, bahkan bisa bertahan hingga 3.000 tahun sesuai harapan Bung Karno. Menariknya lagi, pemilihan nama “Istiqlal” juga dicetuskan oleh Bung Karno, yang berarti Merdeka atau Kemerdekaan. 

Grand Hotel Preanger

Hotel berbintang ini berlokasi di Jalan Naripan dan Jalan Tamblong. Konon, hotel yang sangat dekat dengan titik Nol Kilometer Kota Bandung ini awalnya merupakan toko roti yang mengalami kebangkrutan pada 1897.

Akhirnya, seorang Belanda bernama W.H.C Van Deeterkom mengubah toko roti menjadi Hotel Thiem. Seiring berjalannya waktu, tepatnya pada 1920, Hotel Thiem berganti nama menjadi Grand Hotel Preanger dan mengalami renovasi pada 1929. Menariknya, Bung Karno terlibat langsung dalam membantu proses renovasi tersebut bersama gurunya, C.P. Wolff Schoemaker. 

Patung Dirgantara

Jika melintasi kawasan Pancoran, Jakarta Selatan, pastinya Sobat Parekraf tak asing dengan patung laki-laki berotot kekar dengan tangan terulur ke depan, yang dinamakan Patung Dirgantara atau lebih populer dengan sebutan Patung Pancoran. Sesuai namanya, patung ini berkaitan erat dengan visi Presiden Ir. Soekarno mengenai dunia kedirgantaraan Indonesia.

Sebagai inisiator, Bung Karno meminta tolong pematung andal asli Yogyakarta, Edhi Sunarso, untuk membuat Patung Dirgantara sebagai bentuk penghormatan kepada penerbang Indonesia. Proses pembuatan Patung Pancoran ini berlangsung dari 1964 hingga 1965. Sebagai bentuk keseriusan, kabarnya seluruh biaya pembuatan patung berasal dari kantong pribadi Bung Karno. (***)

Editor: Arya Abisatya
Sumber: https://www.kemenparekraf.go.id/