TEBO, bungopos.com – Pelaku utama penganiayaan terhadap santri di Pondok Pesantren (Ponpes) Raudhatul Mujawwidin Rimbo Bujang Kabupaten Tebo Provinsi Jambi, ternyata berasal dari Kabupaten Bungo.
Ada dua orang pelaku yang menyebabkan santri bernama Airul Harahap (13) meninggal dunia pada 14 November 2023 lalu.
Dua pelaku itu adalah AR (15) yang diduga menjadi pelaku utamanya, berasal dari Kuamang Kuning, Kabupaten Bungo.
Kemudian pelaku kedua RAH (14) Warga Betung Bedarah Barat, Kecamatan Tebo Ilir, Kabupaten Tebo.
Sementara korban berasal dari Simpang Tower Desa Muara Kilis Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo.
Diantara kedua pelaku ini, AR dalam rekonstruksi yang digelar Jumat (22/3/2024), ternyata menjadi orang yang paling banyak melakukan tindakan penganiayaan terhadap korban Airul.
Kedua pelaku sebenarnya masih di bawah umur, mereka masih duduk di bangku kelas 3 setara MTS di Ponpes tersebut, sementara korban Airul adalah adik kelas mereka.
Sakit Hati Ditagih Uang Rp10 Ribu
Berdasarkan informasi yang dihimpun Jambi Ekspres (www.bungopos.com) dari lokasi rekontruksi, ternyata sakit hati pelaku AR kepala Airul bermula dari ia meminjam uang Rp10 Ribu kepada Airul saat bermain bola.
Pada 4 November 2023, Airul tiba-tiba menagih uangnya itu kepada AR. Tak terima ditagih utang, AR lalu marah dengan menendang punggung Airul.
Waktu pun berlalu, hingga 10 hari kemudian, tepatnya 14 November 2024, sakit hati AR rupanya belum juga hilang. Ia kemudian terbersit ingin membalas rasa sakit hatinya akibat ditagih hutang 10 hari yang lalu.
Tak mau sendiri, kemudian AR mengajak temannya inisial RAH. AR dan RAH kemudian menjalankan aksinya untuk membalas rasa kesal AR di rooftop lantai 3 gedung asrama.
Kebetulan AR, RAH dan Airul sama-sama tinggal di asrama yang sama, yaitu Asrama An-Nawawi Ponpes Raudhatul Mujawwidin. Lalu pelaku AR dan RAH meminta santri lain untuk memanggil korban Airul naik ke atas rooftop di lantai 3 asrama.
Airul pun kemudian naik ke atas, sementara dua pelaku sudah duluan berada di atas menunggu kedatangan Airul. Saat Airul tiba itulah, kemudian pelaku AR meminta RAH memegang korban dari belakang.
Saat Airul sudah dipegang dan tak bisa bergerak kemudian AR langsung menampar dan memukul Airul. Tak sampai di situ, kemudian pelaku AR mengambil kayu dan dan memukul bagian kepala korban hingga korban sempoyongan.
Saat korban Airul mulai lemas, kemudian pelaku RAH melepaskan tubuh korban sambil memukul bagian tangan korban.
Kondisi ini membuat korban tersungkur ke lantai. Tak puas melihat korban tersungkur di lantai, kemudian pelaku AR Kembali menjalankan aksinya, menginjak leher korban.
Saat inilah kemudian Airul tak lagi bergerak. Entah panik atau tidak, namun melihat Airul tak lagi bergerak, kemudian muncul ide membuat drama seolah-olah Airul tersengat listrik atau kesetrum.
Lalu mereka memindahkan tubuh Airul ke tangga bagian dalam asrama dan membuat kondisi seolah-olah korban kesetrum tersengat aliran listrik. Tubuh Airul lalu diletakkan di atas batang besi yang kemudian disangkutkan kabel listrik.
Ngadu ke Hotman Paris
Setelah kejadian kemudian jenazah Airul diserahkan kepada orangtuanya.
Orangtuanya juga mendapat surat keterangan kematian dari Klinik Rimbo Medical Centre yang menyebut anaknya meninggal dunia akibat tersengat listrik.
Salim Harahap, ayah Airul mengungkapkan, atas kejadian ini ia mulai merasa curiga dan tak terima. Apalagi satu jam sebelum kejadian itu, dirinya dan istri masih berkomunikasi melalui sambungan telepon.
Dirinya merasa janggal apalagi di tubuh anaknya juga ditemukan bekas luka di bagian bibir, siku tangan dan bagian kaki korban. Kemudian, pada Senin 20 November 2023 lalu, makam AH dilakukan pembongkaran dan kemudian diautopsi untuk menyelidiki penyebab kematian oleh pihak kepolisian.
Berdasarkan hasil autopsi jenazah Airul, pihak Polres Tebo pada 14 Desember 2023 mengumumkan ternyata penyebab kematian korban bukanlah akibat sengatan listrik seperti surat keterangan dari Klinik Rimbo Medical Centre Rimbo Bujang, melainkan akibat benda tumpul.
Sudah keluar hasil autopsi, sudah lapor polisi, sudah 5 bulan pula kejadian, namun pelaku pembunuh anaknya masih juga tak terungkap.
Kemudian Salim Harahap dan istrinya mengadu ke Hotman Paris, pengacara terkenal Indonesia. Harapannya, agar pelaku pembunuh anaknya segera ditangkap.
16 Maret 2024, Hotman Paris mulai berkicau melalui akun sosial medianya.
Lewat akun Instagram @hotmanparisofficial, pengacara kondang tersebut memposting video ibu Airul yang menangis sambil meminta tolong kepadanya agar pelaku pembunuh anaknya segera ditangkap.
Hotman juga langsung mengawal kasus ini dengan bekerjasama dengan kuasa hukum dari Jambi.
Heboh, polisi langsung bergerak, melakukan pemeriksaan sejumlah saksi, mulai dari santri, guru dan pengelola Ponpes. Kemudian ditetapkan pelaku yang menyebabkan Airul kehilangan nyawa yaitu dua orang kakak seniornya.
Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Jambi, Kombes Pol Andri Ananta Yudhistira, Jumat (22/3) mengatakan telah mengamankan dua tersangka pelaku pembunuhan terhadap AH.
Menurutnya, Direktorat Reserse Kriminal Umum telah melakukan asistensi, tahapan penyidikan berproses hingga malam tadi, Kamis (21/3/2024), melakukan gelar perkara.
"Dengan menetapkan 2 orang santri sebagai tersangka atau anak yang berhadapan dengan hukum, karena masih di bawah umur," kata Andri di Lobby Mapolda Jambi. Pelaku ditahan, kemudian pada Jumat (22/3/2024) rekonstruksi dilakukan. (*)