AMALAN : Salah satu kelebihan bulan rajab adalah dilipat gandakan pahala sholat

Ini Dia Tiga Keistimewaan Bulan Rajab

JAMBI, bungopos.com - Bulan rajab adalah bulan yang suci ummat Islam. Banyak keistimewaan dan mukjizat di bulan ini. Berikut ini ada tiga kemulian beramal di bulan ini : 

Pertama, dalam al-Qur’an, Allah ta’ala menjelaskan dalam surat al-Taubat ayat 36.

  اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ (التوبة: 36)  

Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan,(sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauhulmahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu mendzalimi dirimu padanya (empat bulan itu), dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Taubah: 36)  

 

Sayyidina Abdullah bin Abbas (68 H), pakar tafsir dari kalangan Sahabat, menyatakan bahwa umat Islam dilarang berbuat aniaya, melakukan kezaliman sepanjang 12 bulan. Terlebih di 4 bulan mulia. Berbuat durhaka di bulan mulia ini akan mendapatkan dosa yang berlipat. Sebaliknya, berbuat ketaatan dalam bulan-bulan mulia ini akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda.

BACA JUGA: Ini Dia 7 Hikmah Menghadap Kiblat saat Melaksanakan Shalat

Imam ‘Izzuddin bin Abddussalam (660 H), tokoh yang mendapatkan gelar sultannya para ulama (sulthan al-ulama) dalam kitab tafsirnya, menegaskan bahwa 4 bulan mulia ini disebut sebagai bulan haram (asyhur al-hurum) dikarenakan besarnya dosa ketika dilakukan bulan ini.   Dalam kajian bahasa, dalam Lisan al-Arab, Imam Ibni Mandhur (711 H) menjelaskan bahwa kata rajab, berasal dari kata kerja rajabahu (رجبه). Semakna dengan kata kerja habahu wa ‘adhamahu (هابه وعظمه). Artinya, mengagungkan dan memuliakan. Bulan ketujuh dalam kalender hijriyah ini dinamakan Rajab karena pada bulan ini, sedari dulu adalah bulan yang diagungkan dan dimuliakan.

BACA JUGA: Minum Kopi yang Masih Panas, Ini Hukumnya

Dalam tradisi masyarakat Jahiliyah Arab, tidak akan dilakukan peperangan di bulan ini. Suara pedang tidak diperdengarkan. Pedang disarungkan. Tidak terhunus. Sepanjang bulan terasa sepi dari gemuruh peperangan. Karena hal ini, bulan Rajab juga disebut sebagai bulan tuli. Bulan sunyi tanpa suara pedang peperangan. Bahasa Arabnya adalah al-‘Asham.

Kedua, selain dalam al-Qur’an, kemuliaan bulan Rajab juga dijelaskan dalam hadis. Termasuk bagaimana cara mengisi untuk mengagungkannya. Salah satunya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari (194-256 H), dalam kitab Shahih al-Bukhari:  

عَنْ أَبِي بَكْرَةَ عن النَّبِيِّ ﷺ قالَ إِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا منها أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَة وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ  (رواه البخاري)  

Artinya: "Diriwayatkan dari Sayyidina Abi Bakrah Ra., dari Nabi Muhammad Saw., Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana adanya. Allah menciptakan langit dan bumi dengan waktu satu tahun  terdiri 12 bulan, 4 bulan di antaranya adalah bulan mulia. 3 bulan mulia yang berurutan adalah Dzulqo’dah, Dzulhijjah, dan Muharram. Dan bulan Rajab Muhdlar, bulan di antara Jumadal Akhirah dan Sya’ban.” (H.R. al-Bukhari).  

BACA JUGA: Terpercik Najis Genangan Air Hujan, Ini Dia Hukumnya

Ada dua penjelasan penting dari Imam Ibnu Hajar al-Asqalani (852 H) dalam kitab Fath al-Bari terkait hadis ini. Pertama, hadis ini menjadi respons Baginda Nabi terhadap kebiasaan sebagian masyarakat Arab yang sering menggonta-ganti urutan bulan mulia.   Mereka mengganti sesuai kepentingan masing-masing. Di bagian awal hadis, Kanjeng Nabi menegaskan bahwa peredaran bulan dalam satu tahun itu berputar sebagaimana adanya. Tidak dibolak-balik sesuai kepentingan. Di satu sisi, Islam menerima adanya tradisi memuliakan dan mengagungkan bulan haram. Di sisi lain, Islam mengkritisi kebiasaan yang menggonta-ganti urutan bulan mulia.

BACA JUGA: Sholat Itu Terjadwal Waktu dan Jumlah Rakaatnya, Ini Hikmahnya  

Kedua, dalam matan hadis, bulan Rajab disebutkan sebagai Rajab Muhdlar. Maksudnya adalah bulan Rajabnya Bani Muhdlar. Di era itu, suku Muhdlar dikenal sebagai golongan yang paling bersungguh-sungguh memuliakan bulan Rajab. Sehingga Rajab diidentikkan dengan kabilah Muhdlar. Meskipun, tentunya, bulan Rajab berlaku untuk semua suku dan golongan. Baginda Nabi mengapresiasi tradisi kabilah Muhdlar dalam menyambut bulan Rajab.BACA JUGA: Suami Tak Beri Nafkah Selama Sebulan, Ini Hukumnya

Terakhir, jika kita renungkan ayat al-Qur’an dan hadis di atas, setidaknya ada tiga hikmah dan inspirasi yang dapat kita petik. Pertama, Islam menekankan umatnya untuk menaruh perhatian terhadap keberadaan waktu. Terdapat waktu-waktu mulia. Karena itu, sudah selayaknya kita memiliki perhatian terhadap ketepatan waktu. Perhatian al-Qur’an dan hadis terkait bulan-bulan mulia, satu di antaranya adalah bulan Rajab, tidak lain adalah memberikan pesan penting bagi umat Islam untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Terbiasa tepat waktu dan memiliki budaya disiplin.

Editor: Arya Abisatya
Sumber: https://islam.nu.or.id/