Fahmi SY

TAPA MALENGGANG (Inspirasi Kaum Muda)

Posted on 2023-11-08 21:20:03 dibaca 1747 kali

 

Oleh; Pahmi. Sy

Seminar yang di gelar oleh SMA Negeri 10 Batang Hari selasa 7 Nopember 2023 terkait Penguatan Karakter Peserta Didik dengan mempelajari nilai-nilai yang ada dalam cerita rakyat “Tapa Melenggang” patut diapresiasi, sebab telah mendorong kaum muda untuk mecintai kearifan local melalui Pekan Seni Budaya. Kegiatan ini melibatkan siswa, guru, akdemisi, tokoh adat, pemerintah daerah dan lainnya untuk mengingat dan  mengambil ide dan inspirasi dari kisah Tapa Malenggang.

Cerita rakyat Tapa Malenggang merupakan cerita rakyat Kabupaten Batanghari dan bahkan menjadi kekayaan kultural propinsi Jambi. Tapa Malenggang seperti juga banyak cerita rakyat di Indonesia dan bahkan dunia secara umum memiliki kegunaan untuk pelestarian kebudayaan dan identitas suatu kelompok. Kebudayaan sebagai set of knowledge (seperangkat pengetahuan) yang terdiri dari pikiran-pikiran dan nilai-nilai yang dijadikan pedoman untuk menjalankan penghidupan.

Poduksi pengetahuan yang berupa cerita rakyat tersebut terkadang tergerus, degradasi dan bahkan hilang oleh arus modernisasi, globalisasi dan bahkan westernisasi yang hadir melalui teknologi informasi yang dimanfaatkan secara keliru. Akibat dari itu semua terjadi krisis nilai, norma dan adab/moral pada masyarakat dan khususnya kaum muda, seperti berkembangnya pemakaian narkoba, miras, pornografi, pergaulan bebas, tawuran dan konflik yang telah merusak generasi penerus dan bahkan membunuhnya.

Revitalisasi cerita rakyat seperti Tapa Malenggang merupakan keharusan yang tidak hanya untuk kebanggan dan identitas generasi penerus khususnya di Kabupaten Batanghari, tetapi juga sebagai sebuah nilai yang berharga dari pikiran dan rasa para pendahulu untuk dijadikan bekal menghadapi hidup di era kini dan akan dating. Tidak hanya itu Tapa Malenggang sebagai mite yang diturunkan dari generasi ke gerasi berikutnya melalui tradisi lisan swharusnya menjadi inspirasi kaum muda.

Cerita rakyat Tapa Malenggang diangkat berdasarkan transkripsi yang dilakukan oleh Datuk Rasyid dari tuturan Datuk Zainul dan Datuk Saharman. Tapa Malenggang dikategorikan berjenis Mite (myth). Hal tersebut dapat terlihat dari perwujudan tokoh-tokohnya yang merupakan jelmaan dewa atau makhluk setengah dewa yang memiliki kemampuan melampaui manusia biasa (Suryani, I, dkk, 2021).

Daya juang yang tangguh tokoh utama yang menjadi inspirasi dalam cerita Tapa Malenggang yaitu, Mambang Di Awan yang menjelma menjadi Tapah Malenggang. Sedangkan tokoh lainnya Mambang Di Bulan yang menjelma menjadi Tapah Kudung, dan Mambang Sakti yang menjelma menjadi Tapah Tembago. Ayah mereka bernama Sati Menggung dan ibu mereka bernama Sicindai Laut. Ketiga bersaudara tersebut meminta izin untuk menjemput Putri Kasumo Ampai yang berada di Lubuk Sebedar Alam. Putri Kasumo Ampai adalah jodoh Tapah Malenggang (Mambang Di awan). Untuk menemui jodohnya itu, Mambang Diawan harus menyamar menjadi ikan tapa. Rintangan demi rintangan dihadapi oleh ketiga kakak beradik tersebut. Mereka harus menghadapi Ular Bide, Labi-labi Putih, Rajo Mudo, dan Ular Sawo.  (Suryani, I, dkk, 2022)

Perjuangan untuk mewujudakan mimpi (cita-cita) yaitu menjemput jodoh nun jauh di hulu sungai menuju Lubuk Sebidar Alam perlu kesungguhan, ketangguhan dan Kerjasama. Mereka bertiga menjelma sebagai ikan Tapa dan menyusuri aliran sungai. Setelah melewati Rawang Sakti (sekarang daerah Sungai Bulian) lalu sampailah ketiga bersaudara tersebut ke Koto Aur Berduri. Mereka bertemu dengan seekor ikan seluang bersisik emas yang menanyakan hendak kemana tujuan mereka bertiga. Tapa Malenggang menyampaikan maksud tujuannya ke Lubuk Sebidar Alam. Ikan seluang tersebut mengatakan bahwa mereka salah arah, harusnya berbalik menuju mudik (melawan arus ke arah hulu). Ikan seluang tersebut juga berpesan kepada mereka bertiga agar berhati-hati jika hendak menuju Lubuk Sebidar Alam, karena ada rintangan dan tantangan. Para penunggu tersebut yaitu Ular Bide di Muaro Sungai Temsu, Manteban Besi di Gemulun Uluan Sungai, dan Labi-labi Putih di Muaro Kemulun Tujuh (Muaro Sungai Bekal) (Suryani, I, dkk, 2021).

Bila dilihat dari perjalan Tapa Malenggang diuji ketangguhannya dengan berbagai rintangan yang selalu ada, bahkan makhluk yang jahat untuk membunuhnya, namun dibalik itu semua ada sisi yang lain ada juga makhluk yang baik (Ikan saluang bersisik emas) untuk selalu menjadi pertolongan. Hal tersebut sama dalam kehidupan di alam nyata. Hal yang sama seringkali terjadi dimana Ketika berjuang dalam mencapai cita-cita rintangan dan pertolongan selalu ada.

Hal penting lainnya bagi kaum muda adalah mengetahui kegunaan dari cerita rakyat Tapa Malenggang. Kegunaan cerita rakyat adalah ; 1) Mengungkapkan kepada kita secara sadar atau tidak sadar bagaimana folknya (pemiliknya) berpikir; 2) dan apa yang dianggap/dirasakan penting oleh pendukungnya di masa itu. (Danandjaja, 2022). Cerita rakyat Tapa Malenggang menunjukkan bahwa masyarakat pemilik cerita adalah masyarakat hidup penuh dengan liku-liku perjuang untuk mencapai cita-cita, sehingga tantangan-tantangan harus dihadapi, rasa kebersamaan yang tinggi antara saudara, sehingga perjalannya sampai akhir ditemani oleh saudara dari Tapa Malenggang; 3) Bagi Indonesia yang majemuk sebagai alat pemersatu bangsa (Danandjaja, 2022). Cerita-cerita rakyat yang berkembang di nusantara disamping wujud pengetahuan dan kearifan local, tetapi juga sebagai alat pemersatu bangsa, dengan mengenal cerita-cerita rakyat tersebut timbullah cinta dan saling memahami antara anak bangsa.

Kegunaan dalam perspektif lain dijelaskan Willian R. Bascom sebagiman dikutif James Danandjaja (2002) bahwa cerita rakyat memiliki fungsi; 1) Sistem proyeksi atau pencerminan angan-angan suatu kolektif; Cerita Tapa Malenggang mengambarkan suatu cita-cita kesuksesan yang diperoleh tidak dengan cuma-cuma, tetapi penuh dengan perjuangan, ini merupakan pengetahuan dan semangat kolektif dari masyarakat pendukungnya (pendukung mite tersebut) dimana disamping tekad yang kuat, juga dibekali keterampilan dan kekompakan dalam mencapai tujuan.

2) sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan Lembaga-lembga kebudayaan; Cerita rakyat Tapa Malenggang mengambarkan adanya pranata-pranata yang berupa norma-norma yang berlaku ditengah-tengah masyarakat, norma dan aturan-aturan digunakan untuk menjadi pedoman dan sebagai system pengendalian social  bagi generasi ketika itu mapun generasi sekarang dan akan datang.

3) sebagai alat pendidik anak; Cerita rakyat Tapa Malenggang juga berfungsi sebagai media untuk memdidik anak, agar nilai-nilai perjuangan untuk mencapai cita-cita haruslah dilakukan dengan sungguh-sungguh dengan tekad yang kuat, sehingga apapun tantangan dan rintangan akan dapat dilalui, kemudian tokoh penolong seperti ikan saluang bersisik emas adalah karakter yang harus dimiliki, untuk tokoh penghambat dan penghalang seperti Ular Bite, Menteban besi dan Labi-labi putih harus dihindari.

4) sebagai alat pemaksa atau pengawas, cerita rakyat Tapa Malenggang juga berfungsi sebagai norma untuk memaksa dan mengawasi agar manusia focus pada tujuannya, mencintai sesama, mencintai lingkungan hidupanya, dimana makhlauk hidup yang digambarkan dalam cerita Tapa Malenggang maupun yang ada saat ini haruslah dilindungi agar tidak punah.

5) Cerita rakyat Tapa Malenggang seperti juga yang lainnya adalah bentuk kebebasan berpikir dari pencetusnya atau pemilik cerita untuk mengembangkan imajinasinya. Sehingga kisah tersebut melampaui realitas yang sesungguhnya.

Cerita rakyat Tapa Malenggang menjadi ispirasi bagi kaum muda untuk bangkit mencapai cita-citanya dengan menjadi pejuang yang Tangguh. Wassalam

Penulis: Fahmi Sy
Editor: Arya Abisatya
Copyright 2023 Bungopos.com

Alamat: Graha Pena Jambi Ekspres,
Jl. Kapt. Pattimura No. 35 KM. 08
Kenali Besar, Kec. Alam Barajo, Kota Jambi

Telpon: -

E-Mail: bungoposonline@gmail.com