BANJIR : Akibat curah hujan yang tinggi

Banjir Mengepung Jujuhan Bungo, Warga Dusun Pulau Jelamu Bertahan Ditengah Isolasi

MUARA BUNGO, bungopos.com - Hujan deras yang tak kunjung reda selama dua hari terakhir mengubah ketenangan Kecamatan Jujuhan dan Jujuhan Ilir, Kabupaten Bungo, menjadi kecemasan. Sungai Batang Asam dan Sungai Jujuhan meluap, membawa air cokelat pekat yang perlahan namun pasti merangsek ke permukiman warga. Dalam hitungan jam, air naik drastis hingga mencapai dua sampai tiga meter di sejumlah titik.

Dusun Pulau Jelamu menjadi salah satu wilayah yang paling merasakan dampaknya. Sekitar 20 rumah warga terendam banjir dengan ketinggian air mencapai satu meter. Air tidak hanya menggenangi rumah-rumah, tetapi juga memutus akses jalan kabupaten yang menjadi urat nadi mobilitas warga. Aktivitas pun lumpuh total, seakan dusun kecil ini terisolasi dari dunia luar.

“Air mulai masuk ke rumah warga sekitar pukul tujuh pagi,” ujar Babinsa Pos Koramil Jujuhan, Sertu Afrizal.

Sejak saat itu, ia bersama warga bahu-membahu menyelamatkan barang-barang penting, memindahkannya ke tempat yang lebih tinggi demi menghindari kerusakan lebih parah.

Menurut Afrizal, seluruh rumah terdampak berada di RT 04 Pulau Jelamu. Meski kondisi air kini mulai berangsur surut, akses jalan utama masih belum dapat dilalui kendaraan. Warga terpaksa menggunakan jalur alternatif melalui KM 44 Talang Silungko atau jalan pinggir dusun, yang kondisinya licin dan cukup berisiko.

Tak hanya Pulau Jelamu, luapan Sungai Pangean juga menyebabkan banjir di Kampung Pangean Ujung Tanjung. Sejumlah rumah warga turut tergenang, menambah daftar wilayah terdampak di Kecamatan Jujuhan. Hingga Selasa pagi (30/12/25), beberapa dusun seperti Pulau Jelamu, Baru Balai Panjang, dan Tanjung Belit masih terisolasi karena jalan utama belum bisa difungsikan.

Di tengah genangan air dan keterbatasan akses, kebutuhan dasar warga mulai menjadi persoalan. Tomrizal, salah seorang warga Pulau Jelamu, mengungkapkan harapannya agar pemerintah dan pihak terkait segera turun tangan.

“Kami sangat berharap ada bantuan, terutama bahan makanan. Banyak warga tidak bisa memasak karena dapur dan peralatan terendam air,” katanya dengan nada cemas.

Saat ini, warga memilih tetap bertahan di rumah masing-masing sambil terus bersiaga. Mereka menunggu air benar-benar surut, sembari berharap bantuan segera datang dan kehidupan dapat kembali berjalan normal. Banjir kali ini bukan hanya soal air yang meluap, tetapi juga tentang ketahanan warga desa dalam menghadapi ujian alam yang datang tanpa peringatan. (aca)

Penulis: Salsabila
Editor: Arya Abisatya