JAKARTA, bungopos.com - Memasuki awal bulan Rajab, suasana Ramadhan sejatinya masih terasa cukup jauh. Sekitar dua bulan lagi, umat Islam baru akan kembali menyambut bulan suci penuh ampunan itu. Karena itu pula, hingga kini pemerintah belum menetapkan tanggal resmi awal Ramadhan.
Penetapan awal Ramadhan oleh pemerintah memang tidak dilakukan jauh hari. Sesuai mekanisme yang berlaku, keputusan akan diambil melalui sidang isbat yang biasanya digelar pada tanggal 29 Syaban. Dalam sidang tersebut, hasil rukyatul hilal dan perhitungan astronomi (hisab) akan dipadukan sebelum diumumkan secara resmi kepada publik.
Saat ini, posisi kalender Hijriah masih berada di awal bulan Rajab. Artinya, Ramadhan masih menunggu waktu dan belum memasuki tahapan penentuan resmi oleh pemerintah. Masyarakat pun diimbau untuk tetap bersabar dan menunggu keputusan sidang isbat yang akan datang.
Berbeda dengan pemerintah, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah memiliki metode tersendiri dalam menetapkan awal bulan Hijriah, termasuk Ramadhan. Kini, PP Muhammadiyah menggunakan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT), yang menggantikan metode hisab hakiki wujudul hilal yang telah digunakan selama bertahun-tahun.
Melalui kalender yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah tersebut, Muhammadiyah biasanya lebih awal mengumumkan jadwal awal puasa. Berdasarkan KHGT, 1 Ramadhan 1447 Hijriah ditetapkan jatuh pada 18 Februari 2026, sementara 30 Ramadhan 1447 Hijriah bertepatan dengan 19 Maret 2026.
Perbedaan metode ini kembali menunjukkan kekayaan khazanah penetapan kalender Islam di Indonesia. Meski tanggal resmi pemerintah masih menunggu sidang isbat, umat Islam diharapkan tetap menjaga persatuan, saling menghormati perbedaan, dan mempersiapkan diri menyambut Ramadhan dengan meningkatkan kualitas iman dan amal sejak jauh hari.
Ramadhan memang belum tiba, tetapi semangat menyongsongnya sudah bisa mulai ditumbuhkan dari sekarang. (***)