TANAMAN OBAT : Temuan para peneliti dari Universitas Jambi

Ternyata Tanaman Obat Suku Anak Dalam Berkhasiat Tinggi, Ini Temuan Peneliti Unja

JAMBI, bungopos.com - Selama empat bulan, tim peneliti etnobotani Universitas Jambi berhasil mengidentifikasi 21 spesies tumbuhan obat dari 18 famili yang biasa digunakan masyarakat SAD untuk mengobati berbagai penyakit, mulai dari sakit perut, diabetes, hipertensi, hingga penyakit kulit. Beberapa tumbuhan obat yang ditemukan antara lain;

  • Berumbung (Adina Minutiflora) – kulitnya dimanfaatakan untuk obat sakit perut dan demam
  • Mampat (Cratoxylumarborescens) – getahnya dimanfaatkan sebagai obat luka
  • Ketepeng (Cassia alata) -daunnya dimanfaatkan sebagai obat kurap
  • Bulian (Eusideroxylonzwageri) – buahnya digunakan untuk obat bengkak

Selain itu, masyarakat SAD memiliki aturan khusus dalam meramu obat, seperti mengambil daun dalam jumlah ganjil (3, 5, 7 helai, dan seterusnya). Cara-cara unik ini diyakini dapat meningkatkan khasiat tanaman..

Ketua tim peneliti, Prof. Dr. Revis Asra, S.Si., M.Si., menjelaskan penelitian ini tidak hanya bertujuan mendokumentasikan, tetapi juga mendorong pemanfaatan tumbuhan obat secara berkelanjutan.

“Jika pengetahuan ini hilang, kita akan kehilangan kekayaan besar untuk dunia kesehatan. Padahal, banyak tumbuhan lokal berpotensi dikembangkan menjadi obat herbal modern,” ujar Prof. Revis.

Namun, tantangan besar muncul dari pewarisan pengetahuan tradisional. Dari 100 responden yang diwawancarai, sebagian besar merupakan generasi tua. Generasi muda SAD semakin sedikit yang berminat mempelajari ramuan tradisional, sementara mayoritas masyarakat masih buta huruf sehinggai lmu ini diwariskan hanya melalui cerita lisan.

Tokoh adat SAD, Temenggung Pi’i, Mustofa, Rusli, Kwahid, dan Cimat menuturkan bahwa ilmu pengobatan tradisional adalah warisan leluhur yang harus dijaga.

“Kami diajarkan orang tua sejak kecil. Kalau sakit perut, kami tahu daun apa yang harus direbus. Kalau luka, kami tahu getah apa yang harus dioleskan. Tapi sekarang anak-anak muda sudah jarang mau belajar. Mereka lebih suka beli obat di warung,” ungkapnya. (***)

Editor: Arya Abisatya
Sumber: www.unja.ac.id