SEPI : Gedung DPRD Provinsi Jambi

Jejak Amarah Publik Jadi Ruang Kontemplasi : Lokasi Weekend Warga Jambi Sepi

JAMBI, bungopos.com – Sabtu pagi (30/8/2025), suasana di sepanjang Jalan Jenderal Ahmad Yani, tepatnya di depan gedung DPRD Provinsi Jambi, terasa berbeda dari biasanya. Trotoar yang umumnya dipenuhi warga yang berolahraga, berlari kecil, atau sekadar jalan santai bersama keluarga, kini justru lengang.

Pagi itu, hanya tampak beberapa petugas kebersihan sibuk memunguti sampah plastik, botol air mineral, hingga sisa-sisa kayu berserakan di badan jalan. Bau asap masih samar tercium, meninggalkan jejak dari kericuhan aksi demo sehari sebelumnya, Jumat (29/8).

Dari kejauhan, gedung DPRD Provinsi Jambi berdiri dengan wajah muram. Beberapa kaca jendela pecah, pagar besi tampak bengkok, dan sejumlah fasilitas di halaman terlihat rusak. Di salah satu sudut halaman, perhatian pengunjung tertuju pada sebuah mobil yang hanya tinggal rangka—saksi bisu betapa panasnya amarah massa saat demonstrasi berlangsung.

“Biasanya kalau Sabtu pagi ramai orang olahraga, tapi hari ini sepi sekali. Orang banyak datang cuma lihat-lihat kondisi gedung,” ujar Nurdin, seorang warga yang pagi itu sengaja singgah di kawasan Weekend Telanaipura tersebut di medsosnya.

Tak hanya warga biasa, beberapa konten kreator lokal juga tampak memanfaatkan situasi. Mereka sibuk merekam kerusakan gedung, memotret mobil yang hangus, hingga melakukan siaran langsung untuk pengikutnya di media sosial.

Sementara itu, deru mesin sapu jalan bergema, bersaing dengan suara kantong plastik hitam yang digesekkan petugas kebersihan. “Kami sejak subuh sudah membersihkan, karena sampahnya banyak sekali. Ada kayu, batu, botol, sisa bakaran,” tutur, salah satu petugas kebersihan yang masih mengenakan rompi oranye dengan wajah berkeringat.

Suasana lengang ini seakan menjadi kontras dengan ingatan sehari sebelumnya, saat ribuan massa memenuhi halaman dan jalanan depan DPRD, menyuarakan tuntutan dengan teriakan dan amarah. Kini, yang tersisa hanyalah sunyi, bau asap, dan kerusakan.

Bagi sebagian masyarakat, Sabtu pagi di sekitar gedung DPRD kali ini bukan lagi tentang olahraga atau ruang publik yang ramai, melainkan menjadi ruang kontemplasi—tentang bagaimana sebuah aksi yang lahir dari aspirasi, bisa meninggalkan luka pada wajah kota. (***)

Penulis: Arya Abisatya
Editor: Arya Abisatya