JAKaRTA, bungopos.com - Pakar Kepemiluan dari Universitas Indonesia Titi Anggraeni mengungkapkan sejumlah penyebab turunnya partisipasi pemilih pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang digelar pada 27 November 2024 lalu. Salah satu penyebabnya adalah karena masyarakat jenuh dengan kontestasi politik yang sangat dekat, antara Pilkada dan Pemilihan Presiden (Pilpres).
"Intensitas aktivitas politik yang tinggi itu menimbulkan kelelahan politik, kelelahan pemilih, dan kelelahan elektoral yang mengurangi semangat dan kemauan mereka untuk berpartisipasi di Pilkada," kata Titi melalui akun Youtube pribadinya, dikutip NU Online, pada Kamis (12/12/2024).
Ia menjelaskan bahwa secara hitungan rata-rata nasional, angka pengguna hak pilih pada Pilkada berada di bawah 70 persen, jauh di bawah angka pengguna hak pilih Pemilu serentak yang berada di atas angka 80 persen. Menurut Titi, hal itu menandakan terjadinya replikasi dan ketiadaan gagasan para calon untuk membangun daerahnya, sehingga membuat masyarakat bingung karena sulit membedakan antara kontestasi lokal kedaerahan dan nasional.
"Karena pemilih juga tidak melihat pembeda yang cukup memadai atau tidak melihat adanya pembeda yang signifikan antara kontestasi Pilpres dan kontestasi Pilkada. Itu membuat mereka merasa terjadi pengulangan-pengulangan yang tidak membuat mereka terdorong atau bersemangat dan ingin menggunakan hak pilih di Pilkada," ujarnya. (***)