JAKARTA, bungopos.com - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa jumlah masyarakat kelas menengah semakin berkurang. Pada 2019, jumlah kelompok ini masih 21,45 persen dari total penduduk Indonesia. Sementara pada 2024, jumlahnya tinggal 17,13 persen atau sekitar 47,85 persen. Mereka turun kelas ke kelompok calon kelas menengah atau aspiring middle class. Kelompok ini berada di antara kelas menengah dan kelas rentan miskin. Pada 2019, presentase kelompok calon kelas menengah masih 128,85 juta dan pada tahun ini naik jadi 13,75 juta. Pada saat yang bersamaan, kelompok rentan miskin juga terus bertambah, dari 54,97 juta pada 2019 menjadi 67,69 juta pada 2024.
Merespons itu, Pengamat Ekonomi Jaenal Effendi mengatakan bahwa meningkatnya angkatan kerja baru yang tidak diimbangi dengan pembukaan lapangan pekerjaan menjadi faktor utama menurunnya ekonomi kelas menengah.
“Naiknya jumlah angkatan kerja baru yang terjadi setiap tahun ini tidak diimbangi dengan pembukaan lapangan kerja formal yang harus didukung oleh pemerintah,” ujar Jaenal kepada NU Online, Kamis (12/9/2024). Ia juga menekankan perlunya kerja sama yang baik antara pemerintah dan stakeholder untuk membuka lapangan kerja baru. Pekerjaan yang dibutuhkan masyarakat adalah pekerjaan formal seperti bidang industri. Selain itu, pascapandemi Covid-19 masih dirasakan oleh perusahaan-perusahaan formal sehingga kerap melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap karyawannya karena keterpaksaan keadaan, bahkan sampai menutup perusahaannya. Baca Juga
“Walau pandemi telah berakhir, tapi pascapandemi ini masih kita rasakan, banyak perusahaan yang mem-PHK karyawannya karena kurangnya investor dari luar negeri ataupun dalam negeri yang masuk dikarenakan peraturan pemerintah yang merugikan mereka (pihak perusahaan swasta)," ujar Kepala Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (PSP3) Institut Pertanian Bogor (IPB) itu.Menurutnya, masyarakat yang ter-PHK cenderung berada di ekonomi kelas menengah, sehingga sangat memungkinkan akan menurun menjadi ekonomi calon kelas menengah. Jaenal mengatakan, turunnya ekonomi kelas menengah dari tahun 2023 ke tahun 2024 membuat masyarakat mengubah aktivitasnya menjadi pekerjaan informal. Pekerjaan informal antara lain mereka yang bekerja paruh waktu (part time), pekerja bebas di bidang pertanian atau nonpertanian, pedagang keliling, dan tukang ojek. "Dengan adanya fenomena menurunnya ekonomi kelas menengah, pemerintah dapat mengevaluasi kembali program-programnya, sehingga dapat memprioritaskan program yang dapat menciptakan lapangan kerja baru dengan harapan dapat meningkatkan ekonomi kelas menengah," harap Jaenal. (***)