UNIK : Tradisi pemakaman yang menjadi objek wisata

Unik, Ini Tradisi Pemakaman Yang Jadi Objek Wisata

JAKARTA, bungopos.com - Selain keindahan alam, keragaman budaya dan tradisi turut menjadi daya tarik wisata di Indonesia. Tak hanya soal tari-tarian, festival budaya, parade fesyen, maupun pertunjukan musik tradisional, tradisi pemakaman khas dari berbagai daerah di Indonesia juga bisa dijadikan daya tarik wisata untuk meningkatkan kunjungan wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara.

Hampir seluruh pulau di Indonesia memiliki tradisi pemakaman yang berbeda-beda. Hal ini merujuk pada kepercayaan serta tradisi turun-temurun dari para leluhur yang masih dijaga hingga sekarang. Tak sekadar mengantarkan jenazah ke peristirahatan terakhir, berbagai tradisi pemakaman unik di Indonesia ini juga sarat akan nilai filosofi dan makna yang mendalam.

Sebagai upaya melestarikan peninggalan budaya dan tradisi para leluhur, berikut adalah beberapa tradisi pemakaman unik di Indonesia yang menjadi daya tarik wisata:

Rambu Solo

Tradisi pemakaman dari Tana Toraja, Sulawesi Selatan ini dipercaya masyarakat Suku Toraja sebagai penyempurna kematian, serta sebagai bentuk penghormatan dan mengantarkan arwah menuju alam ruh. Namun, tradisi pemakaman Rambu Solo ini harus melewati proses upacara adat yang cukup panjang. Salah satunya adalah keluarga harus kurban hewan, antara babi atau kerbau. 

Tak cukup satu atau dua hewan, tapi bisa mencapai puluhan hingga ratusan hewan yang dikurbankan, hal ini menyesuaikan strata sosial jenazah. Tak heran jika upacara adat Rambu Solo bisa digelar selama 3-7 hari berturut. Setelah upacara adat selesai, jenazah baru boleh “dikubur” di tebing batu tinggi atau disebut Lemo. Masyarakat Suku Toraja percaya, jika tradisi Rambu Solo dapat mengantarkan arwah lebih cepat ke Puya atau surga. 

Ngaben

Jika membahas tradisi pemakaman, mungkin Ngaben menjadi salah satu yang cukup populer dan diketahui banyak orang. Tradisi pemakaman khas umat Hindu Bali ini bertujuan untuk mensucikan roh orang yang sudah meninggal. Namun, untuk melakukan hal tersebut ada beberapa upacara adat yang harus digelar. Salah satunya dengan membangun lembu kayu sebagai tempat jenazah prosesi Ngaben.

Di puncak prosesi Ngaben adalah Ngeseng Sawa: pembakaran jenazah. Lembu kayu tersebut juga turut dibakar dengan tujuan untuk “membingungkan” arwah agar tidak kembali ke dunia. Setelah proses pembakaran jenazah selesai, dilanjut dengan prosesi Nganyut, yakni menghanyutkan abu jenazah ke laut. Sebagai simbolis bersatunya kembali jiwa dengan alam.

Editor: Arya Abisatya
Sumber: https://www.kemenparekraf.go.id/