BATUK : Mekanisme pertahanan napas

Dahak dan Batuk sebagai Mekanisme Pertahanan Saluran Napas, Betulkah ? Ini Kata Dokter Spesialis

JAKARTA, bungopos.com - Dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitas pada Poliklinik Rehabilitasi Medis KKHI Makkah Dr.dr. Siti Chandra Widjanantie, SpKFR (K), FAPSR, FISQua, menjelaskan, secara alami, lapisan pelindung saluran pernapasan, dari atas sampai bawah, adalah lapisan mukosilia. Lapisan ini terdiri dari mukus (lendir) yang secara alami melumasi saluran pernapasan, serta silia (lapisan bulu getar) yang selalu bergerak untuk menyapu dan membersihkan saluran pernapasan.

Konsultan rehabilitasi kardiorespirasi juga mengatakan, bahwa lapisan mukus atau lendir ini terdiri dari dua lapisan. Lapisan teratas, yakni lendir yang kental dan dikenal sebagai gel layer (berwarna putih pekat seperti susu, mengandung mukoid). Lapisan bawah, yakni solutio layer (lapisan lendir bening) yang encer dan berisi cairan isotonis (NaCl, air).

“Pada kondisi suhu panas atau udara kering, maka lapisan solusio layer akan menguap terlebih dahulu, sehingga mengering bila pasien tidak cukup terhidrasi dengan cairan isotonis yang mengandung cukup cairan elektrolit fisiologis,” jelas dr. Chandra pada Kamis (27/6) di KKHI Makkah.

Dr. Chandra menerangkan bahwa apabila cairan solusio layer ini kering, bulu getar/silia saluran pernapasan akan lengket, sulit bergerak, karena yang melapisinya hanya gel layer saja. Hal ini memicu batuk kering, terasa dahak lengket dan berlebihan.

Berkurangnya kadar air dalam lendir saluran pernapasan dapat diperiksa dari jumlah air kencing atau keruhnya warna air kencing (urin). Hal ini menandakan tubuh sedang mengalami kekurangan cairan tubuh akibat dehidrasi pada suhu panas.

Cara termudah untuk mengembalikan cairan tubuh adalah dengan banyak minum air. Akan tetapi, pada lansia yang keinginan minum nya sudah berkurang, atau pun sensor tubuh akan keinginan minum tidak cukup cepat memberikan sensasi rasa haus, maka kebutuhan pemulihan cairan tersebut akan terhambat.

Cara termudah untuk mengembalikan cairan tubuh adalah dengan banyak minum air. Akan tetapi, pada lansia yang keinginan minumnya sudah berkurang, atau sensor tubuh akan keinginan minum tidak cukup cepat memberikan sensasi rasa haus, maka kebutuhan pemulihan cairan tersebut akan terhambat.

Pada dewasa yang padat aktivitas pun sering kali rasa haus dan kebutuhan untuk minum terabaikan. Pada situasi dengan panas ekstrem di antara 40-50an derajat Celcius seperti pada musim haji kali ini, keluhan batuk, tenggorokan kering, dan iritasi saluran pernapasan atas akan mendominasi gejala klinis saat jamaah beradaptasi dengan lingkungan panas di Tanah Suci.

“Pemberian minuman rehidrasi dengan memberikan tambahan oralit yang berisi larutan gula garam fisiologis, diharapkan akan dengan cepat memperbaiki lapisan solusio layer yang kering akibat efek udara panas dan penguapan cairan tubuh,” tutur dr. Chandra.

Dengan kembalinya cairan tersebut secara fisiologis, diharapkan dapat meredakan gejala batuk di sistem pernapasan bagian atas. Minum air minimal 100-200cc per jam, membuat larutan 1 sachet oralit dalam 600 cc air minum dan minum bertahap dapat membuat kelembaban saluran napas bagian atas terus terjaga.

Penggunaan masker wajah dan penyemprotan air ke area wajah juga diperlukan untuk melembabkan udara yang dihirup. Selain itu, jangan lupa menggunakan alat pelindung diri dari panas untuk menghindari efek panas secara langsung.

”Apabila keluhan batuk kering berkelanjutan dan disertai keluhan nyeri tenggorokan ataupun flu, maka pemberian obat tambahan pasti akan diberikan sesuai dengan perkembangan keluhan dan gejala klinis yang ada,” tutur dr. Chandra. (***)

Editor: Arya Abisatya
Sumber: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/