PENANDA MASUK BULAN HIJRIYAH : Ilustrasi Rukyatul Hilal

Bagaimana Bentuk Hilal Sebagai Penanda Awal Bulan Hijriah? Ini Penjelasannya

JAMBI, bungopos.com - Bagaimana Bentuk Hilal sebagai Penanda Awal Bulan Hijriah? Ini Penjelasannya. Rukyat atau rukyatul hilal dapat digunakan untuk mengetahui kapan dimulainya bulan Hijriah. Dalam penetapan 1 Ramadhan dan 1 Syawal dalam sidang isbat tahunan yang diadakan Kementerian Agama (Kemenag), teknik ini biasa dijadikan pedoman. Situs resmi Majelis Ulama Indonesia menyebutkan bahwa metode rukyat adalah proses penampakan hilal atau hilal di ufuk pada ketinggian tertentu dengan bantuan alat seperti teropong atau pengamatan mata secara langsung.

Geometri Hilal

Bulan baru diartikan sebagai bulan sabit muda pertama yang muncul setelah konjungsi, menurut situs Kementerian Agama (ijtimak) Provinsi Bali. Ketika bulan sabit terlihat saat matahari terbenam selama fase-fase yang berbeda-beda dalam kalender lunar Islam, maka bulan tersebut dikatakan bulan sabit. Biasanya pada tanggal 29 bulan Hijriah kita bisa menyaksikan bulan sabit. Jika terlihat setelah senja, maka bulan baru akan dimulai keesokan harinya.

Bulan baru merupakan salah satu fase bulan, menurut Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), yang kemudian digabungkan menjadi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Lebih tepatnya mengikuti fase bulan baru.

Penjelasan fase-fase bulan
  1. Fase Bulan Baru

    Saat bulan berada pada fase ini, ia tidak dapat terlihat. Hal ini terjadi akibat bulan tidak menerima cahaya matahari. Akibatnya bulan menjadi hitam dan tidak terlihat. Ketika bulan berada pada nol derajat, itu dianggap sebagai bulan baru.

  2. Fase Bulan Sabit Waxing atau Bulan Sabit Muda

    Kami menyebut fase ini sebagai bulan baru. Kurang dari separuh bulan terkena pantulan sinar matahari selama fase ini. Hasilnya, bulan akan tampak berbentuk bulan sabit. Standar baru yang ditetapkan Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) menyebutkan jika posisi hilal mencapai ketinggian 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat, maka visibilitas hilal baru akan terlihat. bulan (imkanur rukyat) sesuai persyaratan. Dalam kalender Islam, bulan baru dimulai pada hari berikutnya jika prasyarat ini terpenuhi.

  3. Tahap Kuartal Awal

    Bulan berbentuk setengah lingkaran dan berada pada posisi sembilan puluh derajat selama fase kuartal pertama. Hari kedelapan setiap bulan dianggap sebagai saat fase ini terjadi.

  4. Fase Cembung Pertama (Gamma Waxing)

    Tahap ini dimulai pada hari kesebelas. Dengan posisi 135 derajat, separuh bulan tampak lebih besar dibandingkan fase sebelumnya.

  5. Fase bulan purnama

    Pada hari keempat belas, pada suhu 180 derajat, bulan berada dalam fase purnama. Bulan tampak lingkaran penuh sempurna pada fase ini. Hal ini dikarenakan sinar matahari seluruhnya dipantulkan ke bulan karena posisinya yang berada di sisi lain bumi.

  6. Tahap Terakhir dari Konveksitas (Wing Gibbous)

    Bulan akan tampak lebih kecil saat memasuki fase ini dibandingkan fase sebelumnya. Hal ini terjadi saat posisi bulan berkisar 225 derajat atau sekitar hari ke-17.

  7. Tahap III (kuartal ketiga)

    Fase ini membuat bulan tampak seperti bulan sabit. Bulan biasanya berada pada suhu 270 derajat pada hari ke-21, yang merupakan fase kuartal ketiga.

  8. Fase Bulan Sabit Pudar, atau Bulan Sabit Tua

    Karena ini adalah tahap terakhir, kalender lunar akan berubah. Bulan kembali ke bentuk bulan sabit pada fase bulan sabit lama, sama seperti pada fase bulan baru. Ini akibat sudut bulan yang 315 derajat. Diperkirakan pada tanggal 25 setiap bulannya, fase ini terjadi.

    Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa melihat hilal sebagai penanda awal bulan Hijriah melibatkan beberapa konsep penting, seperti rukyatul hilal, geometri hilal, dan fase-fase bulan. Rukyatul hilal merupakan metode tradisional yang masih digunakan untuk menentukan awal bulan Hijriah, dengan melibatkan pengamatan langsung terhadap hilal di ufuk. Geometri hilal menjelaskan tentang bentuk bulan sabit pertama yang muncul setelah konjungsi, yang menjadi penanda awal bulan Hijriah. Sedangkan fase-fase bulan menggambarkan perubahan bentuk bulan dari fase bulan baru hingga bulan purnama dan kembali lagi.
Editor: Arya Abisatya
Sumber: https://umsu.ac.id/