Lahan PT SAS untuk membangun stocpile batubara di Aur Duri Kota Jambi, sekat dengan intake PDAM sumber air bersih warga Kota Jambi

Banyak Mudharatnya Tapi Pemprov Jambi Tetap Ngotot Dorong PT SAS Bangun Stockpile Batu Bara di Kota Jambi

JAMBI, bungopos.com – Pemerintah Provinsi Jambi dinilai terlalu ngotot mendorong PT SAS (Sinar Anugerah Sukses) selaku pihak swasta membangun stockpile di Kota Jambi.

Padahal kehadiran gudang batu bara itu nantinya banyak mudharatnya. Lokasi stockpile itu ada di Aur Duri Kota Jambi juga juga sangat dekat dengan Kabupaten Muaro Jambi

Organisasi gerakan lingkungan hidup terbesar di Indonesia, Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) heran dengan Pemerintah Provinsi Jambi yang dipimpin Gubernur Al Haris, mengapa begitu ngotot membela pihak swasta membangun stockpile batu bara di kawasan Kota Jambi.

Direktur Eksekutif WALHI Jambi, Abdullah kepada Jambi Ekspres (induk www.bungopos.com) mengatakan, pemerintah tidak bisa memaksa stockpile itu dibangun di Kota Jambi.

Kata Abdullah, jika pemerintah salah melangkah, dampak kehadiran stockpile itu nanti akan ngeri mengancam jiwa masyarakat di Kota Jambi.

Mengapa mengancam jiwa? Salah satu yang akan terjadi adalah pencemaran udara akibat debu batu bara yang pasti akan menganggu kesehatan masyarakat.

Jika stockpile itu mulai aktif,  aktivitas dari tumpukan batu bara hingga proses bongkar muat ke lokasi dan ke kapal,  akan menimbulkan debu, jika tiba angin semua akan beterbangan kemana-mana.

Investasi Tak Setimpal dengan Dampak Buruknya

Perlu diingat juga, yang terdampak itu kata Abdullah bukan hanya masyarakat Aur Duri, Penyengat Rendah, Mendalo Laut, Pasir Panjang, namun yang terdampak debu batu bara ini nanti seluruh warga Kota Jambi, ucap Abdullah pada kamis (28/12).

Abdullah juga heran, mengapa Pemprov Jambi terlalu mengagung-agungkan investor sementara yang dibela itu dampaknya membahayakan masyarakat.

 "Selalu diagung-agungkan perusahaan ini untuk investasi padahal harus dibaca dampak ke depannya bagi masyarakat, kalau sudah dibangun baru terasa dampaknya. Untungnya, masyarakat saat ini sudah mulai sadar juga dampak bahayanya,” lanjut Abdullah lagi.

Menurutnya, investasi yang ditanam oleh pihak perusahaan tak sebanding dengan kerugian yang ditanggung masyarakat nantinya.

Intake PDAM Terancam Tercemar

Lantas apa solusinya? Abdullah mengatakan, tak ada jalan lain, lokasi stockpile  harus mencari lokasi lain. Harus mencari tempat yang sesuai peruntukannya.

WALHI juga heran, bagaimana bisa Gudang batu bara diizinkan dibangun, sementara di sebelahnya juga terdapat intake PDAM yang menyuplai air bersih untuk warga Kota Jambi.

Tak ada pula jaminan bahwa polusi batu bara itu tak menganggu PDAM.

"Dan kami fikir di Kota Jambi tak ada yang sesuai sebagai lokasi stockpile ini. Di daerah lain mungkin bisa. Sulit karena tak ada jaminan debu batu bara tak terhisap ke intake PDAM," kata Abdullah.

Masih Kata Abdullah, pemerintah harus melaklukan kajian ulang pembangunan stockpile itu. "Sebelum terlambat karena penyesalan selalu datang belakangan," akunya.

Sebenarnya, jika pemerintah memang berpihak kepada masyarakat,  rekomendasi dari Gubernur Jambi untuk meninjau ulang dan rekomendasi mencabut izin, itu bisa ampuh menyelesaikan masalah.

"Rekomendasi Gubernur untuk mencabut atau meninjau ulang bisa dilakukan. Atau kalau Pemprov tidak mau biar kawan-kawan yang advokasi ditingkat pusat, kita berjuang di tingkat pusat. Dari WALHI serta banyak orang hebat seperti pengacara di Aur Kenali bisa berkumpul untuk menolak ini," tegasnya lagi.

Berkaca pada Kasus Lampung

Semakin ngeri saja dampak stockpile batu bara bagi masyarakat di Kota Lampung. Stockpile batu bara di Lampung telah menghasilkan debu yang sangat banyak, bikin ibu rumah tangga harus ngepel lantai rumah 4 kali sehari.

Tak hanya itu, kini stockpile batu bara yang berada di Kelurahan Sukaraja dan Way Lunik, Bandar Lampung, juga telah menjadi ancaman bagi warga sekitar. Sudah banyak warga yang sakit, terkena infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), batuk hingga radang tenggorokan.

Stockpile batu bara yang merupakan tempat menyimpan batu bara setelah diangkut dari mulut tambang sebelum diangkut ke pelabuhan atau tujuan berikutnya itu, telah berdampak buruk bagi warga sekitarnya.

"Kami masyarakat sering merasakan batuk di tenggorokan, sesak nafas, bahkan ibu-ibu di rumah dalam sehari bisa menyapu dan mengepel 3 hingga 4 kali,” ujar salah satu warga saat melakukan aksi protes atas kehadiran stockpile batu bara di Bandar Lampung, Jumat, 22 Desember 2023.

Kini dampak buruk batu bara ini telah meluas di Kelurahan Way Lunik dеngan ring stockpile batu bara mulai RT 01, RT 02, RT 04, RT 05, dan RT 06, bahkan juga terdampak ke sekitarnya juga.

Warga takut, jika kini hanya ibu-ibu yang repot ngepel lantai berkali-kali dan juga banyak

Apa yang dialami warga Kota Lampung ini telah pula membuat Wali Kota meradang.

Eva Dwiana selaku wali kota bahkan mengancam menutup perusahaan yang melakukan pencemaran udara dan membuat kesehatan masyarakat terganggu di wilayah Kecamatan Bumiwaras, Bandar Lampung.

Kata Eva, setelah dicek, debu yang ditimbulkan stockpile ini tak main-main, selain kesehatan juga telah membuat jarak pandang masyarakat terganggu.

"Kami berikan waktu 3 hari untuk menyelesaikannya," kata Eva pada Jumat, 22 Desember 2023.

Eva berpendapat, perusahaan batu bara apalagi stockpile memang seharusnya tidak berada di wilayah perkotaan, apalagi dekat kawasan pemukiman.

"Kalau dalam waktu tiga hari debu batu bara itu masih ada belum diatasi, mohon maaf kita tutup," lanjutnya lagi. (*)

 

 

Sumber: www.jambiekspres.co.id