DIJAGA : Tumbuh kembang anak dalam 100 hari pertama kehidupan

Wow Keren ! Salah Satu Desa di Jambi Juara Desa Bebas Stunting

JAKARTA, bungopos.com - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional menggagas program desa bebas stunting (De’Best) guna meningkatkan praktik baik pengasuhan dalam 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) di desa/kelurahan. Adapun pemenang Desa Bebas Stunting 2023 kategori intervensi sensitif diraih Desa Bontoloe (Sulawesi Selatan), Kelurahan Mandarsari (Kalimantan Selatan), Desa Purwosari (Nagan, Aceh), dan Kelurahan Tanjung Pinang Barat (Kepulauan Riau). Sedangkan kategori kawasan tanpa asap rokok diraih Desa Kire (Sulawesi Barat), Kelurahan Wonotingal (Jawa Tengah) dan Kelurahan Boribellaya (Sulawesi Selatan).

Selanjutnya, pemenang kategori pangan lokal diraih Kelurahan Jombangan (Surabaya, Jawa Timur), Lumban Siagan Julu (Sumatra Utara), dan Desa Pinang Merah (Jambi). Pemenang kategori intervensi spesifik diraih Kelurahan Sidoluhur (Sleman, DI Yogyakarta), Nagari Sinuruik (Sumatra Barat), Desa Ulak Teberau (Sumatra Selatan), Kelurahan Jatimulya (Depok, Jawa Barat), Desa Rangkah (Kebumen, Jawa Tengah), Desa Kalimatong (Nusa Tenggara Barat), Desa Keban Agung (Muara Enim, Sumatra Selatan), Desa Kokoleh (Sulawesi Utara), Desa Nglandeyan (Blora, Jawa Tengah), dan Desa Cileng (Magetan, Jawa Timur).

Desa-desa bebas stunting tersebut merupakan upaya BKKBN dalam merumuskan Program De’Best. Program ini ini terkait dengan upaya meraih kesuksesan dari bonus demografi dengan memaksimalkan investasi sejak dini melalui pencegahan stunting. “Berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia, masyarakat tidak hanya sehat raganya, tetapi juga sehat jiwa dan mentalnya. Ketika stunting masih tinggi, akan memengaruhi yang lain, salah satunya indeks pembangunan manusia,” ujar Kepala BKKBN Hasto Wardoyo.

Perkembangan sumber daya manusia masih tertinggal dibanding negara lain. Hasto memaparkan, pertumbuhan dan perkembangan manusia atau disebut human capital index Indonesia saat ini berada di urutan ke-96, menurut Bank Dunia (data 2020).

Parameter tersebut mengukur sejauh mana organisasi menggunakan, menempatkan dan mengembangkan kemampuan individu untuk berkinerja dan membuat nilai tambah pada organisasi melalui kompetensi keahlian dan pengetahuannya, yang disebut juga intellectual capital. (***)

Editor: Arya Abisatya
Sumber: https://indonesia.go.id/