TERTUA : Pondok pesantren tertua di Provinsi Jambi, Pesantren Sa'adatuddarein

Pesantren Sa'adatuddarein Jambi Didirikan Zaman Belanda, Salah Satu Mudir Ulama Thailand

JAMBI, bungopos.com - Ponpes Sa'adatuddarein merupakan salah satu pondok pesantren tertua di Kota Jambi, Provinsi Jambi. Pesantren Sa'adatuddarein ini didirikan pada 1915 Masehi/1333 Hijriah oleh KH Ahmad bin Syakur (Guru Gemuk). Saat ini salah seorang mudirnya (pengasuh) berasal dari Pattani, Thailand.Pesantren  yang beralamat di Jalan Tumenggung Jakfar, Kelurahan Tahtul Yaman, Kecamatan Pelayangan,  ini berada di pinggir sungai Batanghari. Menurut Mudir Pondok Pesantren Guru Sulaiman Hasan, latar belakang berdirinya pondok pesantren ini berawal dari organisasi yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan dan keagamaan yang bernama Tsamaratul Insan di era penjajahan Belanda.

BACA JUGA: Pilpres 2024, Pengasuh Pesantren Sumberwringin Lora Shaleh Dukung Gus Imin"Sejak awal berdirinya, Sa'adatuddarein telah menyelenggarakan pendidikan madrasah Diniyyah. Banyak menarik perhatian masyarakat sekitar maupun dari luar daerah," jelas Guru Sulaiman.

Di awal masa pendiriannya, santri Sa'adatuddarein hidup di pondok-pondok kecil di tanah milik warga sekitar pesantren. Ada juga yang tinggal di atas perahu. Sedangkan untuk mengaji berada di langgar dan rumah-rumah. Secara umum, sistem pembelajaran di Pesantren Sa'adatuddarein menerapkan metode yang dipakai di Madrasah Shaulatiyah, sebuah madrasah tradisional di Makkah.   Hingga saat ini, Sa'adatuddarein masih memegang teguh kajian kitab kuning secara intens dan masif. Sehingga secara akidah, fiqih, dan amalan sehari-hari sama dengan ciri khas mayoritas pesantren di Jawa. Termasuk kitab yang dikaji seperti Aqidatul Awam, Jurumiyah, Qotrunnada, Fathul Muin, Bajuri, Riyadus Sholihin, Arud, Falak, dan lain sebagainya.

BACA JUGA: Pimpin Apel Hari Santri Nasional, Gus Imin Siap Makmurkan Santri, Guru dan Pondok Pesantren

Keunikan Pesantren Sa'adatuddarein  Ustadz Mursyid, salah satu pengajar senior di Pesantren Sa'adatuddarein menambahkan,  dulu santri Sa'adatuddarein yang datang ke pesantren naik rakit bambu dan perahu. Rakit dari bambu tersebut setelah sampai akan dibongkar lalu digunakan untuk membuat pondok kecil-kecilan. Sebagai tempat istirahat santri. Namun, karena semakin banyaknya santri dan kegiatan pesantren yang padat, tempat tinggal santri dilokalisasi ke tempat khusus. Uniknya, gedung yang dibuat sebagai tempat tinggal santri berupa rumah panggung. Tiang penyangganya dari kayu bulian dan tembesu glondongan. Menggunakan dua jenis kayu tersebut kayak kekuatannya. Bahkan, setelah puluhan tahun dipakai, kayu tersebut masih tegak lurus menyangga bangunan tempat belajar santri. Tidak hanya asrama santri, kelas tempat belajar santri juga dibuat dari kayu, mulai dari tiang, lantai, tembok, hingga dinding. Beberapa bangunan tua tersebut masih tersisa, seperti kelas untuk tingkat aliyah yang masih berupa panggung. BACA JUGA: Ternyata Lulusan Pesantren Tertua di Jambi Ini Ada yang Jadi Mufti di Malaysia, Ini Profil Pesantrennya

Keunikan Pesantren Sa'adatuddarein  Ustadz Mursyid, salah satu pengajar senior di Pesantren Sa'adatuddarein menambahkan,  dulu santri Sa'adatuddarein yang datang ke pesantren naik rakit bambu dan perahu. Rakit dari bambu tersebut setelah sampai akan dibongkar lalu digunakan untuk membuat pondok kecil-kecilan. Sebagai tempat istirahat santri. Namun, karena semakin banyaknya santri dan kegiatan pesantren yang padat, tempat tinggal santri dilokalisasi ke tempat khusus. Uniknya, gedung yang dibuat sebagai tempat tinggal santri berupa rumah panggung. Tiang penyangganya dari kayu bulian dan tembesu glondongan. Menggunakan dua jenis kayu tersebut kayak kekuatannya. Bahkan, setelah puluhan tahun dipakai, kayu tersebut masih tegak lurus menyangga bangunan tempat belajar santri. Tidak hanya asrama santri, kelas tempat belajar santri juga dibuat dari kayu, mulai dari tiang, lantai, tembok, hingga dinding. Beberapa bangunan tua tersebut masih tersisa, seperti kelas untuk tingkat aliyah yang masih berupa panggung. 

BACA JUGA: Rakor se Jambi Digelar, Ini Instruksi Kanwil Kemenag untuk Pondok Pesantren"Sekarang sudah sulit cari ikan di sungai Batanghari, jadi mau tidak mau buat sistem makan bulanan," katanya.

Guru Mursyid menjelaskan, saat ini di jenjang Tsanawiyah dan Aliyah ada sekitar 800 santri. Sedangkan di tingkat Ibtidaiyah berjumlah sekitar 400 santri. Santri yang mukim hanya di tingkat Tsanawiyah dan Aliyah. Namun, juga menerima warga sekitar yang ingin belajar ilmu agama. Sejak awal berdiri, Sa'adatuddarein tidak menerima santri putri untuk Tsanawiyah dan Aliyah. Tidak ada juga asrama khusus putri di pesantren ini. Meskipun begitu, kebanyakan alumni Sa'adatuddarein mengajar di berbagai pesantren di Jambi. Ciri khas lainnya, Pesantren Sa'adatuddarein memiliki biaya pendidikan yang murah. Setiap bulan, bagi santri yang mukim hanya perlu membayar Rp400 ribu untuk makan dan Rp100 ribu untuk laundry. Selain itu, santri hanya perlu membayar uang tahunan sebesar Rp1,2 juta, uang bangunan Rp250 ribu, sewa lemari Rp200 ribu. Semua ini dibayar sekali dalam setahun. Ketika awal masuk di bulan Syawal. 

BACA JUGA: Bungo Memiliki Puluhan Pondok Pesantren

"Saat ini ada 22 rombongan belajar di Tsanawiyah dan Aliyah, belajar mulai pagi hingga adzan Dzuhur. Setelah itu kegiatan asrama, sore olahraga dan malam kegiatan asrama lagi," beber Guru Mursyid.

Sistem pimpinan di Pesantren Sa'adatuddarein menggunakan istilah mudir. Tidak menggunakan garis keturunan dalam proses suksesi kepemimpinan. Sehingga Mudir bisa dijabat oleh alumni Pesantren Sa'adatuddarein. Mayoritas pengajar di Sa'adatuddarein merupakan alumni sendiri. Meskipun terkadang ada yang melanjutkan pendidikannya ke Timur Tengah dan kembali Jambi. "Mudir IV Pesantren Sa'adatuddarein berasal dari Thailand yang bernama Guru Muhammad  Zuhdi, tepatnya dari Pattani, Thailand Selatan," tandasnya. (***)

Editor: Arya Abisatya
Sumber: https://nu.or.id/