JAMBI, bungopos.com - Pada pertengahan tahun 1980 -an, pekerja kuli bangunan yang sedang merenovasi Masjid Auwal di Afrika Selatan menemukan sebuah artepak kuno. Artepak itu sudah sangat berdebu pada saat ditemukan. Diduga artefak itu adalah alqur'an tulisan tangan yang ditulis oleh Imam Abdullah ibn Qadhi Abdus Salaam, yang dikenal dengan sebutan Tuan Guru setelah ia diasingkan ke Cape Town dari Pulau Tidore di Indonesia pada 1780 oleh penjajah Belanda.
Dari lima salinan Al-Qur'an yang ditulis tangan oleh Tuan Guru, hanya tiga yang masih utuh. Selain yang ada di masjid Auwal, dua lainnya dimiliki keluarganya, termasuk cicitnya yang perempuan.
BACA JUGA: Bukan Amerika, Ternyata Negara Kecil Ini Terkaya di Dunia
Al-Qur'an yang tidak dibundel itu terdiri dari halaman-halaman yang tidak bernomor dan berada dalam kondisi yang sangat baik. Hanya saja, ada beberapa halaman pertama yang berjumbai di tepinya.
Tinta hitam dan merah yang digunakan untuk penulisan kaligrafi dalam bahasa Arab masih jelas terbaca dan masih dalam kondisi sangat baik.
Siapa Imam Abdullah ibn Qadhi Abdus Salaam ?
Dari tulisan Ikmaluddin Fikri di website tebuireng online diketahui bahwa Tuan Guru adalah anak dari seorang Qadhi Kesultanan Tidore, Maluku Utara. Beliau lahir pada tahun 1100 Hijriah atau 1712 Masehi dari pasangan Qadhi Abdussalam dan Boki. Selama masa kecilnya, Tuan Guru dikenal sebagai seorang yang cerdas yang hidup dalam kehidupan keluarga yang taat pada Agama. Ia berhasil menghafalkan Al Quran ketika umurnya masih belia, 12 tahun. Dan memahami banyak ilmu-ilmu lain seperti fikih dan tasawuf. Sehingga tidak heran, pada masa dewasanya, selain dikenal sebagai Qadhi dan imam, dia juga dikenal sebagai sufi, bahkan mujahid.
BACA JUGA: MTQ Tingkat Provinsi Jambi Dibuka Malam Nanti, Ini Para Dewan Hakimnya
Kebencian Belanda yang sangat mendalam kepadanya membuat dia dijuluki sebagai Baditen Rollen atau seorang bandit. Banyak cara dan upaya yang Belanda lakukan untuk menumpasnya. Upaya-upaya itu kebanyakan tidak menemukan hasil. Hingga pada suatu saat pada tahun 1763 di Tidore, dia ditangkap bersama ketiga saudaranya, Abdul Rauf, Badaruddin, dan Nurul Imam.
BACA JUGA: Tak Hanya Walikota Jambi, Ternyata Ini Dia Kepala Daerah Dengan Jabatan Terpendek
Belanda membawanya ke Tanjung Harapan atau Tanjung Harapan Baik (Cape of Good Hope), di Afrika Selatan dan dipenjara di Pulau Robben (Robben Island) selama dua belas tahun. Tempat yang sama dimana Nelson Mandela, Presiden kulit hitam pertama Afrika Selatan dan tokoh revolusioner antiapartheid, dipenjara selama dua puluh tujuh tahun. Di penjara inilah dia menghabiskan waktunya dan berhasil menulis Alquran dengan tulisan tangan dari hafalannya. (arm)