Ilustrasi Abu Nawas

Manusia Paling Cerdik di Dunia Bernama Abu Nawas, Siapakah Dia?

BUNGO, bungopos.com – Abu Nawas manusia paling cerdik di dunia, kisah-kisahnya viral kembali akhir-akhir ini. Namun ternyata belum banyak pula yang tahu, siapakah Abu Nawas?

Nama lengkap Abu Nawas adalah Abu Nuwas al-Hasan bin Hini al-Hakami.

Pada masa kejayaan Islam, ia adalah sebagai penyair yang ternama di tanah Arab. Tak hanya penyair, cerita humor, kisah bijak dan sufi milik Abu Nawas juga membuat orang-orang menyukai kisah-kisahnya.

Abu Nawas dalam kehidupannya bisa menyampaikan apapun dengan balutan humor, sastra dan sangat lihai merangkai kata-kata. Ia juga bisa memecahkan beragam masalah dengan caranya sendiri.

Tidak ada tanggal pasti kapan ia lahir, namun Abu Nawas diperkirakan lahir pada 747 M hingga 762 M.

Beberapa pihak yakin ia lahir di Damaskus namun beberapa pihak lain meyakini ia lahir di Bursa, juga ada yang meyakini ia lahir di Ahwaz.

Abu Nuwas memiliki ayah bernama Hani seorang tentara Marwan I-Khalifah pada masa Dinasti Umayyah di Damaskus. Sementara ibunya Bernama Golban atau Jelleban.

Ibu Abu Nawas bekerja sebagai penenun asal Persia. Suatu hari ibu Abu Nawas kemudian menjual Abu Nawas kepada seorang pemilik toko berkebangsaan Yaman.  Kondisi ini membuat Abu Nawas tak pernah bertemu dengan sosok ayahnya.  

Setelah dijual Abu Nawas kemudian bekerja di toko grosir milik tuan yang membelinya di Irak.   Abu Nawas saat itu berbeda dengan anak-anak seusianya, ia adalah sosok remaja yang menonjol karena otaknya sangat encer.

Kepintaran Abu Nawas kemudian menarik perhatian Walibah ibnu al-Hubab. Walibah adalah seniman yang pintar menulis puisi dan memiliki rambut pirang.

Mengetahui Abu Nawas ternyata seorang budak, kemudian Al-Hubab pun menebus Abu Nawas dan membebaskannya dari tuannya si pemilik toko tadi.

Kemudian Al-Hubab mengajari Abu Nawas ilmu teologi dan tata bahasa. Abu Nuwas juga diajari menulis hingga akhirnya diajari juga cara membuat puisi. Bak bersambut gayung, Abu Nawas ternyata menemukan jati dirinya, ia sangat mencitai dunia sastra yang diajarkan Al-Hubab. Kemudian Abu Nawas menambah lagi pengetahuan dengan menimba ilmu dengan seorang penyair Arab bernama Khalaf al-Ahmar di Kufah.

Abu Nawas kemudian memutuskan pindah ke Baghdad. Bahgdad saat itu adalah kota metropolis yang melahirkan banyak kaum intelektual pada zaman kepemimpinan Khalifah Harun ar-Rasyid.

Di sini, ia produktif menciptakan puisi. Kepandaian Abu Nawas akhirnya sampai juga ke telinga istana. Kemudian ia dipanggil dan diangkat menjadi penyair istana yang bertugas menggubah puisi puji-pujian untuk khalifah.

Hanya saja kepandaiannya dalam dunia sastra, jenaka dan kejujurannya, membuat Abu Nawas terjebak sendiri.

Suatu hari, Abu Nawas membacakan puisi Kafilah Bani Mudhar, rupanya puisi itu telah menyinggung perasaan khalifah hingga membuatnya murka. Setelah kejadian itu Abu Nawas kemudian dijeblos ke penjara.

Selama di penjara rupanya produktivitas Abu Nawas tak berhenti. Hanya saja alirannya jadi berubah, alirah sombong dan aroma kendi tuaknya kemudian berkurang.

Di penjara, syair ciptaan Abu Nawas lebih religius, banyak mengangkat tema tentang tobat dan kedekatan dengan sang pencipta. Kemudian sekitar tahun 806 M hingga 814 M Abu Nawas pun meninggal dunia.

Ia dimakamkan di pusat kota Bahdad bernama wilayah Syunizi. Kematian Abu Nuwas telah menorehkan catatan namanya sebagai seorang sastrawan Arab terkemuka.

Nama Abu Nawas juga terpatri dalam dongeng 1001 malam. Kehebatannya merangkai kata-kata, baik itu yang kocak, cerdik dan juga religi membuat namanya disandingkan dengan tokoh-tokoh penting dalam khazanah keilmuan Islam.

Hingga sekarang kisah-kisah Abu Nawas masih sangat enak untuk dinikmati, tak hanya lucu dan jenaka namun juga menarik, banyak ide dan jalan cerita Abu Nawas yang kemudian jadi inspirasi banyak orang. Mungkin Anda juga salah satunya. (dpc)  

Sumber: Jambi Ekspres