Fahmi Rasid
Hotel Bintang, Konsumsi, dan Harapan Pemulihan**
``` *Oleh : Dr. FAHMI RASID.SE.M.AP
Dosen Universitas Muhammadiyah Jambi`* ``
MENJELANG AKHIR TAHUN,
denyut ekonomi daerah selalu mengalami akselerasi. Momentum libur panjang, perayaan keagamaan, dan mobilitas masyarakat menjadi indikator penting untuk membaca arah perekonomian. Di Provinsi Jambi, sinyal itu mulai terlihat dari sektor perhotelan. Data terbaru menunjukkan bahwa Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Provinsi Jambi pada Oktober 2025 mencapai 51,72 persen, dengan jumlah tamu menginap sebanyak 57.539 orang dan rata-rata lama menginap 1,65 hari. Angka ini bukan sekadar statistik, melainkan cermin dari dinamika ekonomi daerah yang sedang bergerak menuju fase akhir tahun.
Data tersebut dirilis oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi dan menjadi indikator penting bahwa sektor jasa akomodasi mulai menunjukkan performa yang relatif stabil. Dalam teori ekonomi regional, sektor perhotelan merupakan bagian dari leading indicator, penanda awal yang merefleksikan pergerakan konsumsi, pariwisata, dan aktivitas bisnis secara umum.
Menurut teori tourism-led growth hypothesis yang dikemukakan oleh Balaguer dan Cantavella-Jordá, pertumbuhan sektor pariwisata dapat menjadi penggerak utama ekonomi daerah melalui efek berganda (multiplier effect). Setiap peningkatan hunian hotel akan mendorong konsumsi di sektor lain: transportasi, kuliner, UMKM, hingga jasa hiburan. Dalam konteks Jambi, TPK di atas 50 persen menunjukkan adanya arus pergerakan manusia dan belanja yang mulai konsisten.
Namun, angka rata-rata lama menginap yang masih berada di 1,65 hari memberi pesan tersendiri. Jambi belum sepenuhnya menjadi destinasi utama dengan length of stay panjang. Artinya, sebagian besar kunjungan masih bersifat singgah, perjalanan dinas, atau kegiatan jangka pendek. Di sinilah tantangan sekaligus peluang menjelang libur akhir tahun 2025.
Secara makro, ekonomi Jambi di penghujung tahun menghadapi dua realitas. Di satu sisi, terdapat potensi peningkatan konsumsi rumah tangga akibat liburan dan perputaran uang akhir tahun. Di sisi lain, tekanan ekonomi global, fluktuasi harga komoditas, dan kehati-hatian belanja masyarakat masih terasa. Dalam teori Keynesian, konsumsi rumah tangga merupakan komponen terbesar dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Ketika konsumsi meningkat, roda ekonomi daerah ikut bergerak.
TPK hotel yang menembus 51,72 persen dapat dibaca sebagai sinyal moderat-optimistis. Ini bukan euforia, tetapi fondasi. Jika pemerintah daerah mampu memanfaatkan momentum libur akhir tahun dengan memperkuat agenda pariwisata, event daerah, dan promosi ekonomi kreatif, maka tingkat hunian berpotensi meningkat signifikan pada November–Desember 2025.
Ahli ekonomi pembangunan, Michael Porter, menekankan pentingnya competitive advantage of regions. Jambi memiliki modal alam, budaya, dan posisi strategis di Sumatra. Namun keunggulan itu harus dikemas melalui pengalaman wisata yang terintegrasi. Tanpa inovasi, hotel hanya akan menjadi tempat singgah, bukan tujuan.
Dari sisi pelaku usaha, stabilnya hunian hotel memberikan ruang bernapas setelah melewati fase ketidakpastian. Hotel yang terisi berarti tenaga kerja terserap, rantai pasok bergerak, dan pendapatan daerah dari pajak hotel meningkat. Ini penting bagi fiskal daerah menjelang tutup tahun anggaran, ketika belanja pemerintah juga digenjot untuk mendorong pertumbuhan.
Namun, perlu diingat bahwa angka hunian hotel juga sangat dipengaruhi oleh kualitas daya beli masyarakat. Inflasi, harga pangan, dan biaya transportasi menjadi faktor krusial. Jika inflasi akhir tahun terkendali, maka konsumsi rekreasi dan perjalanan akan meningkat. Sebaliknya, jika tekanan harga tinggi, masyarakat akan menahan belanja non-esensial, termasuk wisata.
Dalam konteks ini, peran pemerintah daerah menjadi strategis. Kebijakan pengendalian harga, kelancaran distribusi pangan, serta jaminan keamanan dan kenyamanan wisatawan akan menentukan keberhasilan musim libur.
Teori good governance menegaskan bahwa stabilitas ekonomi daerah bukan hanya soal pasar, tetapi juga kualitas tata kelola.
Lebih jauh, data TPK juga harus dibaca sebagai alarm kebijakan jangka menengah. Jambi perlu meningkatkan daya tarik wisata berbasis pengalaman (experience-based tourism). Event akhir tahun, festival budaya, sport tourism, dan promosi destinasi unggulan harus dirancang bukan sekadar seremonial, tetapi berdampak langsung pada lama tinggal wisatawan.
Menjelang libur akhir tahun 2025, optimisme memang patut dijaga, tetapi tidak boleh menutup mata terhadap tantangan.
Perekonomian Jambi membutuhkan orkestrasi: pemerintah yang responsif, pelaku usaha yang adaptif, dan masyarakat yang diberdayakan. Hotel yang terisi bukan tujuan akhir, melainkan pintu masuk bagi perputaran ekonomi yang lebih luas.
Akhirnya, angka 51,72 persen bukan sekadar persentase. Ia adalah cerita tentang harapan, kerja keras, dan peluang. Jika dikelola dengan visi yang tepat, libur akhir tahun 2025 dapat menjadi momentum konsolidasi ekonomi Jambi—bukan hanya pulih, tetapi melangkah lebih percaya diri menuju masa depan.
_Referensi_ :
1. Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi. Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar Hotel Bintang Oktober 2025.
2. Balaguer, J., & Cantavella-Jordá, M. (2002). Tourism as a long-run economic growth factor: The Spanish case. Applied Economics.
3. Keynes, J.M. (1936). The General Theory of Employment, Interest and Money.
4. Porter, M.E. (1990). The Competitive Advantage of Nations.
5. UNWTO. (2023). Tourism and Regional Economic Development.
Alamat: Graha Pena Jambi Ekspres,
Jl. Kapt. Pattimura No. 35 KM. 08
Kenali Besar, Kec. Alam Barajo, Kota Jambi
E-Mail: bungoposonline@gmail.com