Merajut Ulang Hijau Kabah, Mardiono Ajak Kubu Agus Suparmanto Bersatu

JAKARTA, bungopos.com - Di sebuah sore Jakarta Selatan, langkah Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Muhammad Mardiono terasa ringan meski beban politik di pundaknya tidaklah kecil. Senyum ramah dan nada suara tenang ia tunjukkan ketika ditanya soal dinamika di tubuh partai berlambang Kabah itu. Alih-alih menampik atau menunjukkan jarak, Mardiono justru menegaskan satu hal: ajakan untuk bersatu.

“Tentu, tentu. Saya masih menunggu, bukan hanya menunggu, tapi mengajak (untuk bergabung),” ucapnya mantap, Kamis (2/10/2025).

Ajakan itu ditujukan kepada kubu Agus Suparmanto—yang bersama dukungan Ketua Majelis Pertimbangan Partai, Muhammad Romahurmuziy alias Gus Romy, mengklaim sebagai Ketua Umum hasil Muktamar X. Dalam perspektif Mardiono, rumah besar PPP seharusnya tetap menjadi tempat teduh bagi semua kader, tanpa terkecuali.

Bagi pria yang kini resmi mengantongi pengakuan sah sebagai Ketua Umum, politik bukan semata adu legitimasi. Ia menekankan, mengurus partai ibarat merawat sebuah pohon besar yang akarnya menghunjam dalam. Jika dahan dan ranting terbelah, maka kesejukannya pun akan berkurang. Karena itu, Mardiono tak henti-hentinya menyampaikan seruan persatuan—bukan hanya di Jakarta, melainkan ke seluruh penjuru Indonesia.

PPP, partai yang lahir dari fusi empat kekuatan Islam pada 1973, punya sejarah panjang dalam panggung politik tanah air. Simbol Kabah yang selama ini dikibarkan bukan sekadar lambang, melainkan penanda persaudaraan dan kekokohan iman. Dalam tubuh partai inilah, perselisihan diharap bisa kembali dijembatani melalui dialog dan kebersamaan.

Mardiono menyadari betul, tantangan politik ke depan tidaklah ringan. Persaingan elektoral, tuntutan konstituen, hingga sorotan publik akan semakin keras. Namun baginya, tidak ada jalan lain kecuali mempererat barisan. “PPP bukan milik pribadi, PPP adalah rumah umat. Maka mari kita bangun bersama,” tuturnya.

Di balik tensi politik yang kadang terasa panas, ajakan Mardiono memberi isyarat sejuk. Ia seperti mengulurkan tangan untuk merajut ulang hijau Kabah, agar partai warisan panjang perjuangan umat ini tidak terjebak dalam konflik internal yang berlarut. (***)