Navarin Karim

Mengejar Syurga (Suatu Kontemplasi Sederhana)

Posted on 2024-05-06 22:39:52 dibaca 1648 kali

 

Oleh : Navarin Karim

Judul diatas hampir sama dengan judul film dan lagu yaitu mengejar matahari, yang maknanya sama-sama mau menggapai.  Iming-iming dari tuntunan Islam yang dibaca langsung, didapat dari tauziah ustadz dan atau Muthawwif dengan reward membius kita berbuat kebaikan dan meninggalkan larangannya. 

Bahkan jika anda menunaikan ibadah haji atau umrah, selagi masih di Mekah  ritual yang ada selama 24 jam semua mau dilaksanakan karena imbalan yang dijanjikan  berlipat-lipat ganda jika dilaksanakan.

Ada jamaah sampai tidur di pelataran Masjidil Haram dan mesjid Nabawi, sehingga kesehatannyapun menurun tak dihiraukan. 

Tapi apakah hanya melaksanakan keseluruhan itu dapat masuk syurga? Nanti dulu. Bagi yang beriman selalu saja merasa bahwa ibadah yang dilakukan masih terasa sangat kurang.  Jangan pula lupa bahwa Islam itu sangat detail. Aturan tata cara hidup dalam Islam (Muamalah) semua ada syariatnya.

Aliran sufi atau tasawuf lebih ekstrim lagi soal haram dan dosa. Berjabat tangan saja laki-laki dan perempuan bukan mahram dianggap haram hukumnya. Paham sufi (Sufisme) adalah ajaran yang menyucikan jiwa, menjernihkan akhlak, membangun dhahir dan batin serta memperoleh kebahagian abadi.

Kasus lain yang coba penulis persoalkan  adalah  seorang dai dan atau ustadz apakah sudah jaminan masuk Syurga? Alluhualam bisawab, saya tak bisa menjawab pasti. Syurga dan neraka adalah rahasia Allah. Namun jangan pula berfikir pragmatis bahwa Syurga dapat diraih jika kita hanya berbuat kebaikan dan selalu eling kepadaNya, tanpa harus melakukan ritual-ritual ibadah tertentu.

Ini aliran kepercayaan namanya. Contoh detailnya Islam seperti pengambilan air wudhu saja ada yang mengatakan tidak syah wudhu di toilet, dan ada pula yang mengatakan air wudhu yang tinggal sedikit di bak mandi atau ember tidak syah, belum lagi ketentuan wudhu harus berasal dari air yang mengalir.

Contoh lain lagi yaitu yang banyak tidak paham, jika ayam yang sudah dipotong dengan ucapan bismillah Allahuakbar, selanjutnya ketika akan mencabut bulu ayam, setelah  disembelih ada yang lakukan langsung direndam dengan air panas, supaya gampang mencabut bulunya dan tanpa mengeluarkan terlebih dahulu jeroan yang ada di dalamnya. Ayam yang kita makan sama dengan ayam yang sudah terkontaminasi dengan najis ayam. Sama halnya dengan makan soto babat, liat dulu babat yang dimakan sudah bersih tidak, apakah warna babat masih kehitam-hitaman. Jika masih agak hitam, sisa kotorannya masih melekat dibabat tersebut.

Penulis masih ingat ibunda penulis ketika beliau membersihkan babat (handuk), beliau gunakan  kapur sirih, kemudian dicuci seperti mencuci pakaian secara manual hingga putih. Mungkin banyak yang tidak tahu lagi bagaimana membersihkan babat secara higienes dan halal.   Kebanyakan ulama lebih mengedepankan larangan ketimbang perintah ketika terjadi kontradiksi. Lantas bagaimana level kiyai langitan atau ustadz, dai kondang yang manut (takut) dengan istrinya. Syurga nunut neraka katut. Apakah jaminan Syurga, belum tentu juga jawabannya. 

Para suami yang membiarkan istri menggunakan you can see dan atau hotspan aja sudah berdosa. Apalagi jika istri sampai  selingkuh, walau suami tidak tahu, imbas dosa juga kepada suami. Jangankan selingkuh, istri yang cipika-cipiki bukan dengan mahramnya, suamipun kena getah dosanya.  

Ada lagi ceramah oknum ustadz yang mengatakan bahwa “orang menyembunyikan ilmunya, di akherat akan dicambuk ”.  Makna ini, substansinya adalah  baru ditinjau muamalah dan syariat Islam saja kita sudah berlumuran dosa jika kita tidak mentaatinya. Belum lagi kaitannya dengan rukun Islam secara total (kaffah).

Memang sulit menggapai syurga, sepert mengejar matahari. Ditengah ambiguitas kita menghadapi ketentuan diatas, jangan pula kita pesimis, apalagi sampai pragmatis dan atheis. Ingatlah kematian itu adalah sangat pasti (absolutely), tapi jangan pula kita larut dengan ketakutan  dan kesedihan akan kematian. Ini bisa jadi perangkap muslim dan muslimah  hanya memikirkan akherat, lupa dunia nyata yang harus dihadapi. Tentu keseimbangan harus dilakukan.

Tanggung jawab duniawi tidak dapat diabaikan, terutama kewajiban dengan orang tua, istri dan anak. Usia dan kematian  adalah alami (given) , kita hanya tawakkal , sembari ikhtiar melaksanakan apa  yang diperintahkanNya dan meninggalkan laranganNya.

Menggapai syurga itu memang sulit, namun itu semua rahasia ilahi. Ingat sifat   Allah maha pengasih lagi penyayang, maha mendengar, maha melihat dan maha mengetahui perbuatan baik  yang eksplisit dan implisit, yang kasat mata atau tersembunyi. Tak perlu sedih, mengalir saja dengan tetap istiqomah beribadah demi mengabdi kepadaNya.

---------

Penulis adalah dosen senior di Jurusan Ilmu Politik dan Pemerintahan yang tetap concern dengan syariat Islam.

Penulis: Navarin Karim
Editor: Arya Abisatya
Copyright 2023 Bungopos.com

Alamat: Graha Pena Jambi Ekspres,
Jl. Kapt. Pattimura No. 35 KM. 08
Kenali Besar, Kec. Alam Barajo, Kota Jambi

Telpon: -

E-Mail: bungoposonline@gmail.com