Codet menyeberang ruas Tol pekanbaru-dumai

Ketahuan! Ini Penyebab Gajah Codet Doyan Nyebrang Tol Trans Sumatera

Posted on 2023-07-30 13:32:30 dibaca 2125 kali

RIAU, bungopos.com – Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Riau, Genman Suhefti Hasibuan, dalam seminar adaptasi pembangunan jalan tol yang diikuti Jambi Ekspres Kamis (27/7/2023) membeberkan penyebab gajah Codet sampai 5 kali menyeberangi Tol Riau.

Kata Genman, Codet merupakan satu di antara 48 gajah yang tinggal di 2 kantong gajah paling dekat dengan Tol Riau, lokasi kejadian. Tak mau lewat terowongan, Codet kedapatan dengan bukti nyata telah 5 kali menyeberangi Tol Riau ruasPekanbaru-Dumai, bersamaan dengan 5 kali migrasi rombongan gajah lainnya.

Codet memilih jalannya sendiri, naik ke ruas jalan tol, nekad mengambil resiko berselisih dengan truk dan mobil-mobil yang sedang lewat.“Hal ini terbukti melalui laporan masyarakat dan data CCTV serta data pergerakan GPS Polar, Codet ini beda sendiri, bergerak tidak menggunakan terowongan,” ujar Genman.

Mengapa Codet melakukan hal itu? “Codet ini perilakunya memang suka menyendiri,” ujar Genman. Codet memiliki perilaku spesial yang tak sama dengan gajah-gajah lain dan ini mungkin dipahami oleh beberapa ahli atau pihak yang ahli di bidang ini.

“Dan untungnya perilaku Codet ini tidak diikuti oleh kelompok lain,” ujar Genman. Pergerakan Codet dan gajah-gajah lainnya ini katanya terjadi di sekitar KM 69 sampai dengan KM 73 sepanjang 4 kilometer di ruas Tol Pekanbaru-Dumai.

Trase ini membelah Taman Hutan Raya dan Suaka Margasatwa (SM) Giam Siak Kecil yang merupakan lokasi perlintasan Codet dan kawan-kawan gajah lainnya.

Ada 6 gajah menetap di SM Balai Raja, sisanya di SM Giam Siak Kecil ada 42 ekor gajah yang bergerak secara rutin, termasuk si Codet ini.Jarak terdekat Tol Riau dengan Kawasan SM Balai Raja memang sangat dekat, sekitar 65 meter “Jadi sebenarnya sudah berhimpitan,” lanjutnya. 

Sejak beroperasi secara penuh Tol Pekanbaru-Dumai tahun 2020 lalu, baru 5 kali gajah melakukan migrasi besar-besaran menggunakan terowongan gajah tol yang telah disiapkan oleh pihak pengembang Hutama Karya.

Sebenarnya, perilaku Codet atau gajah lain menyeberangi tol bisa saja terjadi lagi, untuk itu Genman berharap ke depan ada beberapa langkah yang perlu dilakukan bersama.

Diantaranya, melakukan optimalisasi pembuatan pagar pembatas atau barrier yang kokoh pada ruas sepanjang 4 kilometer yang merupakan ruas perlintasan gajah antara Km 69 sampai KM 73.

“Kemudian penting juga melakukan modifokasi terowongan menjadi lebih menarik perhatian gajah untuk masuk jalur terowongan,” lanjutnya.

Modifikasi ini kata Genman misalnya dibuatkan semacam corong, sehingga secara alami gajah itu terarahkan melewati terowongan.Kemudian 100 meter sebelum terowongan, perlu pula ada pengkayaan pakan, Menanam tumbuhan pakan gajah penting agar gajah terarah sendiri menuju ke terowongan.

“Harapan kita kan gajah-gajah itu semua akan melewati terowongan,” lanjutnya. Perlu pula ada tim mitigasi dari pihak Hutama Karya untuk melakukan penggiringan gajah jika ada yang mendekati tol dan ini bisa dilatih nanti oleh tim BKSDA Riau.

“Kalau-kalau ada gajah seperti Codet, karena dia sendirian, jadi gerakannya sudah tidak terpola, jadi petugas Hutama karya bisa melakukan penggiringan,” lanjutnya.Sebelum pembangunan tol dilakukan, Balai Besar KSDA Riau sebenarnya  mengusulkan 8 titik terowongan sebagai jalur gajah.

“Namun kemudian disepakati 5 titik, karena ada perlintasan yang bisa disatukan, migrasi gajah tetap terakomodir agar tidak terganggu,” lanjutnya. Pergerakan gajah kata genman memang tidak setiap waktu terjadi.

“Ada waktu-waktunya dan belum tentu setiap bulan itu mereka bergerak,” lanjutnya. Namun migrasi gajah berdasarkan pengalaman yang memang masih menghadapi beberapa pengalaman dan permasalahannya sendiri.

“Pernah ada juga temuan lainnya, teridentifikasi gajah menyeberangi jembatan penyeberangan kendaraan di KM 76,” lanjut Genman.Genman mengaku tentu masih ada kekurangan dalam aplikasi terowongan gajah di Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) pertama di Indonesia ini.

 “Karena saat awal membuat terowongan ini kita belum ada pengalaman, namun ini bisa menjadi pembelajaran buat kita untuk dijadikan perbaikan ke depan,” lanjutnya lagi.Perbaikan perlu dilakukan agar tidak terjadia lagi kasus Codet-codet yang lainnya, jangan sampai adalagi kata-kata, Duh Nakal Deh Kamu Det.  (dpc)

 

Artikel ini telah tayang di : www.jambiekspres.co.id

Editor: Balqis
Sumber: Jambi Ekspres
Copyright 2023 Bungopos.com

Alamat: Graha Pena Jambi Ekspres,
Jl. Kapt. Pattimura No. 35 KM. 08
Kenali Besar, Kec. Alam Barajo, Kota Jambi

Telpon: -

E-Mail: bungoposonline@gmail.com