Logo Kongres PMII

Delapan Calon Ketua Kopri Aduh Gagasan Strategi Pengembangan Kopri,  Kandidat Asal Merangin Paparkan Budaya Patriarki

JAWA BARAT, bungopos.com -  Delapan calon ketua Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri (Kopri) beradu gagasan dalam debat kandidat ketiga yang digelar di Pusat Studi Jepang (PSJ) Universitas Indonesia (UI) Depok, Jawa Barat.

Debat kandidat ini menjadi rangkaian kegiatan Kongres XXI PMII yang akan berlangsung di Palembang, Sumatera Selatan, pada Agustus 2024 mendatang. Pada debat ketiga, berbagai masalah dan solusi strategis dalam mengembangkan Kopri, terutama dalam bidang kaderisasi dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi ditanyakan para panelis kepada kandidat.

Kandidat asal Merangin Romalia menceritakan bahwa kendala besar kader Kopri yang ia temui di beberapa daerah salah satunya Ternate adalah budaya patriarki yang masih kuat dan minimnya akses internet.

“Salah satu kendala terbesar di beberapa wilayah, salah satunya Ternate, adalah pandangan masyarakat terhadap perempuan dan akses internet yang minim,” ungkap Romalia.

Sebagai solusi, Romalia menyarankan agar Kopri memperbanyak pelatihan kepemimpinan untuk meningkatkan peran aktif kader Kopri di masyarakat. Ia juga menekankan pentingnya menjalin komunikasi dengan berbagai pemangku kepentingan untuk memastikan kader di daerah dapat mengetahui kondisi Kopri di tingkat nasional.

“Solusinya adalah Kopri harus banyak melakukan pelatihan kepemimpinan agar Kopri bisa turut andil di masyarakat. Beberapa kader Kopri daerah juga terhambat karena tidak bisa mengetahui kondisi Kopri di nasional. Solusinya harus jalin komunikasi dengan stakeholder,” jelasnya.

Senada dengan itu, Kandidat Kopri asal Indramayu Mamay Muthmainnah menyebut bahwa budaya patriarki baik secara kultur maupun sistem masih menjadi salah satu penghambat potensi kader PMII dan Kopri selama ini. Oleh karena itu, ia menggagas adanya instrumen otonomisasi sebagai solusi.

“Status inilah yang menghambat mengapa kader Kopri tidak mampu berkembang secara ruang akses dan kesempatan. Hal ini sangat terintegrasi dengan fakta bahwa Kopri menjadi badan semi otonom maka solusinya adalah otonomisasi,” kata Mamay.

SUMBER : https://www.nu.or.id/

Editor: Arya Abisatya
Sumber: https://www.nu.or.id/