ILUSTRASI Cuaca panas

243 juta anak di Asia Timur dan Pasifik Terancam Kematian Akibat Suhu Panas.

JAKARTA, bungopos.com - Unicef  memperingatkan lebih dari 243 juta anak di Asia Timur dan Pasifik berisiko terkena penyakit dan kematian akibat suhu panas. Suhu yang sangat tinggi menimbulkan "risiko besar" terutama bagi bayi baru lahir dan balita, karena mereka kurang mampu mengatur suhu tubuh mereka dibandingkan orang dewasa, kata badan tersebut.

Seperti diketahui, Asia mengalami pemanasan lebih cepat dari rata-rata global. Tren pemanasan telah meningkat hampir dua kali lipat sejak periode 1961-1990.

"Banyak negara di kawasan ini mengalami tahun terpanas yang pernah tercatat pada tahun 2023, bersamaan dengan rentetan kondisi ekstrem, mulai dari kekeringan dan gelombang panas hingga banjir dan badai," kata Celeste Saulo, Sekretaris Jenderal Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) dalam sebuah laporan terbaru minggu ini.

Kantor Pusat Observatorium Hong Kong mencatat total curah hujan per jam sebesar 158,1 mm pada tanggal 7 September. Tertinggi sejak pencatatan dimulai pada tahun 1884, sebagai akibat dari topan. Beberapa stasiun di Vietnam mencatat jumlah curah hujan harian yang memecahkan rekor pada bulan Oktober.

Bagaimana dengan Indonesia ?

Sejak 100 tahun lalu, suhu permukaan bumi mengalami peningkatan sekitar 0,6 derajat celsius. 

Di Indonesia, berdasarkan data dari 116 stasiun pengamatan BMKG, suhu udara rata-rata tahun 2023 sebesar 27,2 C, sehingga anomali suhu udara rata-rata tahun 2023 sebesar 0,5 C dibanding suhu udara rata-rata periode 1991-2020.

Sepanjang periode pengamatan tahun 1981 hingga 2023 di Indonesia, tahun 2016 merupakan tahun terpanas dengan nilai anomali sebesar 0,6 C. Tahun 2023 menempati urutan ke-2 tahun terpanas dengan nilai anomali sebesar 0,5 C. (***)

 

Editor: Arya Abisatya
Sumber: https://www.bbc.com