PRIMADONA : Perkebunan sawit masih menjadi sektor primadona

Orang Miskin di Jambi Masih 280,68 Ribu Jiwa, Ekonomi Masih di Dominasi Sektor Perkebunan

​JAMBI, bungopos.com - Penduduk miskin Jambi masih berjumlah 280,68 ribu jiwa. Hal ini terjadi penurunan sebesar 3 ribu orang dibandingkan dengan September 2022. Sementara tingkat garis kemiskinan yang merupakan dasar penentuan pengelompokkan penduduk miskin mengalami peningkatan sebesar 2,34% (yoy) menjadi sebesar Rp 599.588 per kapita per bulan. Hal ini seperti yang direlease oleh Bank Indonesia dalam laporan triwulannya. 

 BACA JUGA: Suhu Politik Memanas, Inflasi, Banjir dan Gempa Hiasi Awal Tahun 2024

''Tingkat kesejahteraan petani di Provinsi Jambi pada triwulan III 2023 terpantau meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai Tukar Petani (NTP) tercatat masih berada di atas 100, mencerminkan bahwa pendapatan yang diterima petani lebih tinggi dibandingkan beban pengeluaran,'' ucap Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Hermanto dalam laporan triwulan perekonomian provinsi Jambi. 

BACA JUGA: Memasuki 2024, Bank Dunia Beri Warning Agar Mewaspadai Pelambatan Ekonomi

Sementara itu, berdasarkan komposisinya, perekonomian Jambi  didominasi oleh sektor pertanian (25,99%) diikuti dengan pertambangan dan penggalian (24,10%) serta industri (10,43%). Dari sisi pengguna, 43,78% perekonomian Jambi ditopang oleh konsumsi masyarakat.

BACA JUGA: Makin Tajir, Ini Deretan Orang Kaya di Indonesia Akhir 2023

''Komoditas unggulan khususnya pada sub sektor perkebunan adalah kelapa sawit, karet, dan kayu manis,'' ucap Hermanto.

Berbagai kebutuhan pokok masyarakat seperti beras, sayuran, dan buah-buahan banyak dihasilkan oleh daerah barat yaitu Kabupaten Kerinci dan Bungo. Selain itu, komoditas bahan galian seperti minyak dan gas bumi juga menjadi komoditas unggulan daerah Jambi. 

BACA JUGA: Menurut Kalender China, Ini Tiga Shio Yang Paling Cuan Selama 2024

''Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Jambi yang turun menjadi 4,53%. Hal tersebut sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk yang bekerja dan didorong oleh pertumbuhan serapan kerja sejalan dengan berlanjutnya perbaikan ekonomi,'' tukas Hermanto.​ (***)

 

 

Penulis: Arya Abisatya
Editor: Arya Abisatya