KERING : Sawah petani yang mengalami kekeringan
JAKARTA, bungopos.com - Suparman, seorang petani asal Pati, Jawa Tengah menganggap saat ini profesi sebagai petani merupakan profesi orang pinggiran dan sengsara.
Menurutnya, hidup sebagai petani merupakan tantangan berat apalagi pemerintah seolah menutup mata terhadap nasib petani. Pernyataan itu diungkapkan sebagai refleksi atas Peringatan Hari Tani Nasional Ke-64 pada hari ini, Selasa, 24 September 2024.
“Misal punya sawah lima kotak untuk menyekolahkan anak (apalagi sampai perguruan tinggi) dan biaya hidup itu tidak cukup, jauh ketinggalan dari profesi-profesi lain,” ucapnya seperti yang dikutip dari media NU Online. Sementara itu, Dosen Teknik Pertanian Universitas Sriwijaya (Unsri) Syifa' Robbani menyoroti kebijakan pemerintah yang seringkali tidak pro terhadap petani. Hal ini terlihat dalam implementasi kebijakan perundang-undangan yang kurang memperhatikan kesejahteraan para petani. Inilah yang membuat profesi petani menjadi makin terpinggirkan.Ia menegaskan bahwa pertanian sebagai sektor penopang ketahanan pangan tampak semakin terpinggirkan oleh kebijakan pemerintah yang lebih berpihak pada pembangunan industri besar dan ekspansi perkotaan. “Sebagai contoh, Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan belum diimplementasikan secara efektif, sehingga banyak lahan pertanian yang dialihfungsikan untuk kepentingan industri dan perumahan,” ungkapnya. (***)
Alamat: Graha Pena Jambi Ekspres,
Jl. Kapt. Pattimura No. 35 KM. 08
Kenali Besar, Kec. Alam Barajo, Kota Jambi
E-Mail: bungoposonline@gmail.com