Muhammad Agiza Ibrahim Amir, mahasiswa Prodi Kedokteran dari Fakultas Ilmu Kedokteran dan Kesehatan (FKIK) Universitas Jambi (UNJA) yang berhasil mendapatkan kesempatan untuk mengikuti program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) di Palacký University Olomouc Ceko
JAMBI, bungopos.com - Muhammad Agiza Ibrahim Amir, mahasiswa Prodi Kedokteran dari Fakultas Ilmu Kedokteran dan Kesehatan (FKIK) Universitas Jambi (UNJA) yang berhasil mendapatkan kesempatan untuk mengikuti program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) di Palacký University Olomouc Ceko, telah sukses menyelesaikan program tersebut dan kembali ke UNJA. Kira-kira seperti apa perjalanan Agiza dalam melaksankan program IISMA? Berikut hasil wawancara bersama HUMAS UNJA beberapa waktu lalu.
Apa yang mendorong Muhammad Agiza untuk ikut serta dalam program IISMA?
“Indonesian International Student’s Mobility Award (IISMA) merupakan program study abroad dalam rangka menyiapkan generasi penerus Indonesia untuk bersaing dalam kompetisi global. Melihat dari tujuan yang diharapkan dari program ini, kurang lebih sejalan dengan salah satu target saya dalam meniti karir di masa yang akan datang. Selain itu, melihat banyak sekali perjuangan para alumni IISMA mulai dari persiapan pendaftaran, terpilih menjadi awardee, berbagai kegiatan dan inovasi yang dikembangkan selama abroad, sampai kepulangan di Indonesia menjadi pemicu bagi saya untuk bisa menjadi bagian dari IISMA. Maka dari itu, inilah yang memacu diri untuk bisa berkembang dan berproses melalui jalan yang saya pilih dan impikan, yaitu IISMA.”
Apa saja kegiatan utama yang dilakukan selama program IISMA?
“Dalam kegiatan IISMA ada beberapa kegiatan yang dilakukan, baik dari segi pendidikan dan budaya. Tentunya, selama program berlangsung kami berkuliah layaknya mahasiswa lain. Kami juga mengontrak mata kuliah dengan beban sebesar 20 SKS yang mana kami hanya kuliah dari hari Senin sampai Kamis.”
“Uniknya, melalui program IISMA ini kami dianjurkan untuk mengambil mata kuliah di luar latar belakang pendidikan para awardee di universitas asalnya. Mata kuliah yang saya ambil, yaitu Introduction to Education and School Psychology, Marketing Communication, Sustainable Development, Historical Olomouc, dan Czech Language for Foreigners.“
“Selain dari aspek pendidikan, kami selaku awardee juga mengenalkan budaya Indonesia kepada para mahasiswa di sana. Ada 2 kegiatan yang diwajibkan oleh IISMA, yaitu Batik Day dan Heroes Challenge. Dalam kegiatan Batik Day ini, utamanya kami mengenalkan beragam jenis batik yang kami siapkan kepada para mahasiswa di Palacky University Olomouc (UPOL). Kami melakukan presentasi, workshop berupa mewarnai motif batik yang telah disediakan, food tasting, dan try on batik di booth yang sudah disediakan.”
“Pada kegiatan Heroes Challenge dengan tema Djoempa Pemoeda 3.0, skala yang dirancang jauh lebih besar dengan kegiatan yang lebih banyak. Acara yang ditampilkan, antara lain tarian khas Bali, Manado, dan penampilan musikalisasi puisi. Saya pun ikut andil sebagai pembaca puisi dalam musikalisasi puisi, lho! Setelah penampilan selesai, para audiens dipersilakan untuk mengunjungi banyak booth yang sudah disediakan dengan tema yang berbeda. Ada makanan khas Indonesia, bahasa Indonesia, hingga permainan tradisional Indonesia.”
Bagaimana proses pelaksanaan program IISMA berlangsung?
“Selama periode kurang lebih 1 semester (5 bulan) di Olomouc, Republik Ceko, the entire process, including all the experiences, was filled with happiness, joy, and gratitude. Bersama dengan 50 awardee lainnya dari berbagai daerah di Indonesia yang tentunya mempunyai latar belakang pendidikan dan pengalaman yang sangat beragam, kami belajar, berinteraksi, berbagi, beradaptasi, dan hidup di tanah Eropa sebagai mahasiswa dan duta yang jauh berbeda kulturnya dengan Indonesia.”
“Selama perkuliahan di UPOL, ada beberapa perbedaan yang saya rasakan, baik secara sistem maupun segi pengajaran. Dari sistem yang digunakan, semuanya sangat well-integrated dan cukup mudah dipahami bagi mahasiswa di aplikasi dan website yang telah dikembangkan. Dari segi pengajaran, dosen di sini sangat terbuka untuk bisa berdiskusi di kelas maupun di luar kelas. Selain itu, ketepatan waktu dalam memulai kelas patut dihargai.”
“Metode pengajaran yang di beberapa mata kuliah yang diambil pun cukup menarik. Salah satu contohnya adalah pada kelas Historical Olomouc. Di kelas ini, kami belajar terkait dengan sejarah kota tempat kami tinggal, yaitu Olomouc, yang ternyata memiliki sejarah yang panjang, berpengaruh, dan tersusun rapi sampai saat ini. Uniknya di kelas ini kami tidak hanya duduk selama 90 menit mendengarkan dosen di kelas. Setiap 2 minggu sekali kami berkeliling kota untuk mengunjungi situs sejarah dari apa yang sudah dipelajari selama di kelas.”
Setelah sukses menyelesaikan program IISMA, apa manfaat yang didapatkan oleh Agiza?
“Ketika berbicara tentang IISMA, hal pertama yang terlintas di pikiran saya adalah para awardee-nya. Kami bertemu, berinteraksi, berdiskusi, bercanda, dan banyak kegiatan lainnya yang kami lalui bersama. Secara tidak langsung, melalui pertemuan ini banyak sekali pertukaran ide dan perilaku yang saya temui membuat saya jauh lebih terbuka dan menghormati segala perbedaan yang ada. Tentunya, inilah yang sebetulnya saya inginkan karena saya tidak mau hidup dalam lingkup atau bubble yang sempit.”
“Hidup di negara maju selama kurang lebih 5 bulan ini berbeda sekali dengan Indonesia. Saya belajar untuk mulai menghargai waktu karena budaya di sini orang-orang cenderung sangat tepat waktu. Selain itu, harga tentunya lebih tinggi dari Indonesia, maka dari itu manajemen keuangan juga saya pelajari dan kelola di sini. Terakhir, meskipun akses transportasi publik sangat mudah, tetapi karena kota ini bisa dikatakan walkable, saya merasa jauh lebih sehat karena bisa 10.000—20.000 langkah per hari dan bisa lebih apa bila sedang melakukan trip ke negara-negara Eropa lainnya.”
Bagaimana hambatan dan tantangan dalam melaksanakan program IISMA ini?
“Hidup merantau, jauh dari rumah di Jakarta, bukanlah hal asing bagi saya selama berkuliah di Jambi. Namun sebagai mahasiswa perantauan, yang hidup di luar negri untuk pertama kalinya di periode yang menurut saya cukup panjang tentunya adalah hal yang berbeda dan cukup menantang. Budaya, makanan, musim, kehidupan bersosial, perbedaan zona waktu, rasanya perlu adaptasi dari awal lagi untuk memulai fase baru.”
“Tiga hal yang menjadi tantangan selama di Ceko adalah musim, makanan, dan mata kuliah yang diambil. Jelas perbedaan utama sesampainya di Ceko adalah musim. Selama berada di sana kami merasakan 3 musim, (late) summer, autumn, dan winter. Perbedaan 30 derajat dengan Indonesia terasa sangat signifikan dan perlu adaptasi beberapa minggu untuk terbiasa dengan kondisi ini. Selain itu, berkaitan dengan makanan, di mana Indonesia hampir setiap masakannya kaya dengan rempah, di sini cenderung simpel dan hambar bahkan beberapa makanan cenderung manis. Syukurnya, saya sangat terbantu dengan bumbu instan yang dibawa dari Indonesia serta beberapa restoran Asia yang tersebar di kota. Terakhir adalah perbedaan mata kuliah yang saya ambil di UPOL dan di UNJA. Pengetahuan dan keterampilan akan basic knowledge mengenai psikologi, sejarah, dan ekonomi terbilang tidak banyak karena perbedaan jurusan yang saya tekuni di UNJA, yaitu kedokteran. Ini menjadi tantangan yang cukup berarti karena saya harus bisa mengikuti pace yang berlangsung di kelas.”
“Tantangan-tantangan ini tidak saya hadapi sendirian. Bersama dengan 50 awardee lainnya kami pun juga merasakan hal yang kurang lebih sama. Inilah yang membuat kesulitan yang dihadapi tidak terlalu berat karena solusi yang ada umumnya kami diskusikan dan kami pikul bersama.”
Apa momen atau kegiatan yang paling membekas selama mengikuti program IISMA?
“Selama melaksanakan kegiatan ini saya memiliki banyak momen dan kegiatan bersama teman-teman awardee lainnya, hal itu yang mengisi hari-hari saya dan menjadikannya menyenangkan. Salah satunya yang membekas adalah ketika rindu masakan Indonesia, saya dan teman-teman membuat makanan Indonesia bersama-sama. Selain itu, momen perpisahan juga menjadi momen yang membekas bagi saya. Selama berada di tanah Eropa saya memiliki keluarga baru yang berjuang bersama, sehingga hal ini sangat berkesan dan mengharukan bagi saya pribadi.”
Apa pesan atau saran yang ingin dibagikan kepada mahasiswa lain yang tertarik untuk bergabung dalam program IISMA atau program serupa?
“Untuk pesan atau saran bagi para future awardee IISMA, ini adalah kesempatan yang bagus untuk kalian impikan karena kesempatan seperti ini yang akan membuka wawasan bagi kalian untuk bisa bersaing secara global dan sebagai bekal kalian dalam meniti karir di masa yang akan mendatang karena international exposure sangat penting untuk build up your career untuk membangun jejaring dan juga untuk upgrade your values. Serta bagi para future awardee IISMA yang saat ini memiliki keinginan untuk mengikuti program IISMA, baik mahasiswa semester awal maupun akhir. Persiapkan diri sebaik mungkin, mulai dari tes bahasa Inggris, mempersiapkan esai, interview serta maksimal semua kemampuan dalam mengikuti seleksi IISMA.”
“Melalui program ini, banyak sekali manfaat yang didapatkan, saya ingin manfaat yang saya dapatkan juga berkesempatan diraih oleh para future awardee. Jalannya memang tidak mudah, pun takut adalah hal wajar namun yang akan didapatkan dari program ini begitu mahal untuk dilewati. Serta saya harap melalui program ini kita bisa membawa nama UNJA untuk bersaing di kancah global.” (***)
Alamat: Graha Pena Jambi Ekspres,
Jl. Kapt. Pattimura No. 35 KM. 08
Kenali Besar, Kec. Alam Barajo, Kota Jambi
E-Mail: bungoposonline@gmail.com